BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Mengapa kita mesti mempelajari perkembangan anak? Sebagai
seorang guru setiap tahun Anda akan bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak baru di kelas Anda.
Semakin banyak Anda mempelajari perkembangan anak, semakin banyak pemahaman
Anda tentang cara yang tepat untuk mengajari mereka. Masa kanak-kanak adalah
fase yang penting dalam kehidupan manusia.
Kita memandang masa kanak-kanak sebagai masa yang unik
dan penuh wama dan merupakan landasan penting untuk masa dewasa nanti. Pada
periode ini kita melihat anak-anak mulai belajar menguasai keahlian tertentu
dan menghadapi tugas-tugas baru. Kita menghargai masa kanak-kanak sebagai masa
pertumbuhan dan perubahan yang penting, dan kita menghabiskan banyak sumber
daya untuk mengasuh dan mendidik mereka.
Pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena
merupakan hasil dari beberaa proses: proses biologis, kognitif, dan
sosioemosional. Perekmbangan juga dapat dideskripsikan berdasarkan periodenya
yang bertujuan untuk mengorganisasi dan pemahaman. Dalam system klarifiaski
yang paling banyak dipakai, periode perekembangan meliputi periode bayi, usia
balita, periode sekolah dasar, masa remaja, dewasa awal, dewasa tengah, dewasa
akhir.
Remaja
merupakan transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa,masa setengah
baya dan masa tua.Dimana masa remaja memiliki kematangan emosi, sosial, pisik
dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati
dengan berbagai kesulitan.
Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati
beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan
mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang
ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat,
agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Rusan
masalah dari makalah ini adalah :
1.
Apa saja tugas – tugas perkembangan remaja ?
2.
Bagaimana perkembangan fisik dan
psikomotoriknya ?
3.
Bagaimana perkembangan bahasa dan kognitifnya
?
C. TUJUAN
Tujuan
dari makalah ini adalah :
1.
Mengetahui tugas – tugas perkembangan remaja.
2.
Mengetahui perkembangan fisik dan
psikomotorik.
3.
Mengetahui perkembangan bahasa dan kognitif.
D. MANFAAT
Manfaat
dari makalah ini adalah :
1.
Untuk lebih memahami mengenai aspek-aspek
perkembangan perilaku dan pribadi.
2.
Untuk memenuhi tugas kuliah.
BAB
II
PEMBAHASAN
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERILAKU
DAN PRIBADI
A. PERKEMBANGAN
PERILAKU SOSIAL, MORALITAS, DAN KEAGAMAAN
1. Perkembangan
Perilaku Sosial
Secara potensial (fitriah) manusia
dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon politicon). Namun untuk mewujudkan
potensi tersebut ia harus berada dalam interaksi dengan lingkungan
manusia-manusia lain.
a.
Proses
sosialisasi dan perkembangan sosial
Secepat individu menyadari bahwa diluar dirinya itu ada
orang lain, maka mulailah pula menyadari bahwa ia harus belajar apa yang
seyogyanya ia perbuat seperti yang diharapkan orang lain. Proses belajar untuk
menjadi makhluk sosial ini disebut sosialisasi.
Sosialisasi itu merupakan suatu proses dimana individu
(terutama anak) melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial
terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya); belajar bergaul
dengan dan bertingkah laku didalam lingkungan sosio-kulturalnya.
Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai sequence dari
perubahan yang berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi
makhluk sosial yang dewasa. Charlotte Buhler mengidentifikasikan perkembangan
sosial ini dalam term kesadaran hubungan aku - engkau atau hubungan
subjektif-objektif. Proses perkembangannya berlangsung secara berirama.
1)
Masa
krisis I
(3,0-4,0) : trotz alter (anak-degil)
2)
Masa
kanak-kanak awal (0,0-3,0) :
subjektif
3)
Masa
kanak-kanak akhir (4,0-6,0) :
subjektif menuju objektif
4)
Masa
anak sekolah
(6,0-12,0) : objektif
5)
Masa
krisis II
(12-13)
: pre-puber (anak tanggung)
6)
Masa
remaja awal (13,0-16,0) : subjektif menuju objektif
7)
Masa
remaja akhir (16,0-18,0) : objektif
b.
Kecenderungan
Pola Orientasi Sosial
Branson mengidentifikasi berdasrkan hasil studi
longitudinalnya terhadap anak usia 5-16 tahun bahwa ada tiga pola kecenderungan
sosial pada anak, ialah (1) withdrawal-expansive, (2) reactivity-placidity dan
(3) passivity-dominance.
1)
Perkembangan
Moralitas
Secara individu menyadari bahwa ia merupakan bagian anggota
dari kelompoknya, secepat itu pula pada umumnya inividu menyadari bahwa
terdapat aturan-aturan perilaku yang boleh, harus atau terlarang melakukannya.
Proses penyadaran tersebut berangsur tumbuh melalui interaksi dengan
lingkungannya dimana ia mungkin merasakan akibat-akibat tertentu yang mungkin
pula mengecewakan dari perbuatan-perbuatan yang dilakukannya.
a)
Tingkat
dan Tahapan Perkembangan Moralitas
Lawrence
Kohlberg berdasarkan hasil studinya menyatakan bahwa perkembangan moralitas
pada anak-anak itu pada dasarnya dapat dilukiskan tingkatan, tahapan, dan
ciri-ciri perkembangannya.
b)
Perkembangan
Intelektual dan Moralitas
Conger
menyatakan terdapat hubungan yang sangat erat antara perkembangan
kesadaran moralitas dengan perkembangan Intelektual.
2)
Perkembangan
Penghayatan Keagamaan
Brightman menjelaskan bahwa penghayatan keagamaan tidak
hanya sampai kepada pengakuan atas keberadaan (the excistence of great power)
melainkan juga mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang eternal
(abadi) yang mengatur tata hidup manusia dan alam semesta raya ini.
Karenanya, manusia mematuhi aturan itu dengan penuh kesadaran, ikhlas disertai
penyerahan diri dalam bentuk ritual (kebaktian) baik secara individual maupun
kolektif, baik secara simbolik maupun dalam bentuk nyata dalam hidup
sehari-hari.
a)
Tahapan
Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Pertama.
Masa kanak-kanak (sampai usia tujuh tahun)
Kedua.
Masa anak sekolah (7-8 sampai 11-12 tahun
Ketiga.
Masa remaja (12-18 tahun) yang dapat dibagi ke dalam dua sub tahapan, ialah:
masa remaja awal dan masa remaja akhir.
b)
Proses
Pertumbuhan Penghayatan Keagamaan
Peranan lingkungan keluarga sangat
penting dalam pembinaan penghayatan keagamaan ini.
2.
Perkembangan Perilaku Afektif,
Konatif dan Kepribadian
a.
Perkembangan
fungsi-fungsi Konatif dan Hubungannya dengan Pembentukan Kepribadian
Fungsi Konatif atau motivasi itu
merupakan faktor penggerak perilaku manusia yang bersumber terutama pada
kebutuhan-kebutuhan dasarnya (basic needs).Didalam kenyataan yang berkembang
itu bukanlah jenis motif atau kebutuhan, melainkan beberapa sifatnya, misalnya
objek dan caranya, intensitasnya, dan sebagainya.
1)
Contoh
Perkembangan Perilaku dan Objek Pemenuhan Kebutuhan Dasar
2)
Hierarki
Kebutuhan dan Pengaruhnya terhadap Pembentukan Kepribadian menurut Maslow
3)
Kebutuhan
Sebagai Tugas Perkembangan menurut Havinghurst
Tugas-tugas perkembangan (developmental tasks) itu tersusun
sebagai berikut:
1)
Masa
Bayi dan masa kanak-kanak Awal
2)
Masa
Kanak-kanak Akhir dan Anak Sekolah
3)
Masa
Remaja
4)
Masa
Dewasa Awal
b.
Perkembangan
Emosional dan Perilaku Afektif
Emosi dapat di definisikan sebagai
suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (a strid
up state) yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya perilaku.
Aspek emosional dari suatu perilaku,
pada umumnya, selalu melibatkan tiga variabel, yaitu rancangan yang menimbulkan
emosi (the stimulus variable), perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi bila
mengalami emosi (the organisme variable), dan pola sambutan ekspresi atas
terjadinya pengalaman emosional itu (the response variable).
1)
Perkembangan
Dimensi-Dimensi Emosional
Dua dimensi emosional yang
sangat penting diketahui para pendidik, terutama para guru, ialah (1) senang
tidak senang (pleasant-unpleasant) atau suka tidak suka (like-dislike), dan (2)
intesitas dalam term kuat-lemah (strength-weakness) atau halus-kasarnya atau
dalam-dangkalnya emosi tersebut.
2)
Pengaruh
Emosional terhadap Kecenderungan Pembentukan Afektif dan Kepribadian
Berdasarkan studi atas arah
kecendurangan perilaku afektif yang dominan terhadap jenis-jenis objek
tertentu. Edward Spranger mengidentifikasi enam jenis kecenderungan manusia,
yang akan berkembang menjadi karakteristik kepribadiannya, ialah tipe-tipe
manusia:
a) Teoritis
b)
Ekonomis
c)
Estetis
d)
Sosial
e)
Politis
f)
Religious
c.
Perkembangan
Kepribadian
Menurut Erikson, identitas pribadi
seseorang itu tumbuh dan terbentuk melalui perkembangan proses krisis
psikososial yang berlangsung dari fase ke fase. Kalau individu yang
bersangkutan mampu mengatasi krisis demi krisis ia akan muncul dengan suatu
kepribadian yang sehat. Sebaliknya, kalau ia tidak mampu mengatasi
krisis-krisis psikososial tersebut, maka ia akan larut (deffuse) ditelan arus
kehidupan masyarakatnya yang terus berkembang (ever changing society).
TUGAS – TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA
Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sikap
dan perilaku dirinya sendiri dalam menyikapi lingkungan di sekitarnya.
Perubahan yang terjadi pada fisik maupun psikologisnya menuntut anak untuk
dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada
dihadapannya.
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja
yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan
baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa
gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan,
kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko
dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
A. Tugas-Tugas
Perkembangan Remaja Pada Umumnya
Menurut Karl C.Garrison (dalam
al-mighwar) ada 6 kelompok pembagian tugas perkembangan yang berbeda yaitu :
1.
Menerima
Keadaan Jasmani
Pada periode pra-remaja(periode
pubertas), anak tumbuh cepat yang mengarahkannya pada bentuk orang dewasa.
Pertumbuhan ini diiringi juga oleh perkembangan sikap dan citra diri. Mereka
memiliki gambaran diri seolah-olah sebagai model pujaannya. Remaja wanita
biasanya sering mendambakan wajahnya secantik bintang film pujaannya, sementara
remaja laki-laki sering berkhayal menjadi seorang pahlawan pujaannya. Pada masa
remaja, hal itu semakin berkurang, dan mereka mulai menerima kondisi
jasmaninya, serta memelihara dan memanfaatkannya seoptimal mungkin.
2. Memperoleh Hubungan Baru dan Lebih
Matang dengan Teman Sebaya Antara Dua Jenis Kelamin
Kematangan seksual yang dicapai
sejak awal masa remaja mendorong remaja untuk menjalin hubungan social,
terutama dengan lawan jenis. Remaja diharapkan bisa mencari dan mendapatkan
teman baru yang berlainan jenis. Kematangan fisik dan psikis banyak
mempengaruhi penerimaan teman-teman sekelompok remaja dalam pergaulannya. Tanpa
penerimaan teman sebaya, dia akan mengalami berbagai gangguan perkembangan
psikis dan social, seperti membentuk geng sendiri yang berperilaku mengganggu
orang lain.
3. Menerima Kondisi dan Belajar Hidup
Sesuai Jenis Kelaminnya.
Sejak masa puber, perbedaan fisik
antara laki-laki dan wanita tampak jelas lalu berkembang matang pada masa
dewasa. Apabila bentuk tubuhnya tidak memuaskan, mereka menyesali diri sebagai
laki-laki atau wanita. Padahal, mereka seharusnya menerima kondisinya dengan
penuh tanggung jawab. Remaja laki-laki harus bersifat maskulin, lebih banyak
memikirkan soal pekerjaan sedangkan remaja wanita harus bersifat feminine,
memikirkan pekerjaan yang ebrkaitan dengan urusan rumah tangga dan pola asuh
anak.
4. Mendapatkan Kebebasan Emosional dari
Orang Tua dan Orang Dewasa Lainnya.
Bebas dari kebergantungan emosional
merupakan tugas perkembangan penting yang dihadapi remaja. Apabila tidak
memiliki kebebasan emosional, mereka akan menemui berbagai kesukaran dalam masa
dewasa, tidak bisa membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan
yang ditempuhnya.
5. Mendapatkan Kesanggupan Berdiri
Sendiri Dalam Hal-Hal yang Berkaitan dengan Masalah Ekonomi.
Kesanggupan di sini mencakup dua
tugas yaitu : mencari sumber keuangan atau pemasukan dan pengelolaan keuangan.
6. Memperoleh Nilai-Nilai dan Falsafah
Hidup.
Sejumlah penelitian membuktikan
bahwa masalah yang berkaitan dengan kehidupan dan falsafah hidup seperti tujuan
hidup, perilaku dirinya, keluarganya dan orang lain, serta soal keagamaan
menjadi daya tarik tersendiri bagi remaja. Para remaja memang diharapkan
memiliki pola pikir, sikap perasaan, dan perilaku yang menuntun dan mewarnai
berbagai aspek kehidupannya dalam masa dewasa kelak. Dengan demikian mereka
memiliki kepastian diri, tidak mudah bingung, tidak mudah terbawa arus
kehidupan yang terus berubah yang pada akhirnya tidak mendapatkan kebahagiaan.
Psikolog
William W. Wattenberg (al-mighwar) membagi masa remaja atas remaja awal dan
akhir. Menurutnya, tugas-tugas perkembangan remaja awal adalah:
1. Mampu Mengotrol Diri Sendiri Seperti
Orang Dewasa.
2. Mendapat Kebebasan.
3. Bergaul dengan Teman-Teman Lawan
Jenis.
4. Memiliki Citra Diri yang Nyata.
B.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Lancarnya Pelaksanaan Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Sukses atau gagalnya pelaksanaan
tugas perkembangan remaja dipengaruhi oleh beberapa factor:
1. Pertumbuhan fisik remaja. Tugas
perkembangan remaja akan sukses bila pertumbuhan fisik remaja berjalan dengan
sewajarnya.
2. Perkembangan psikis remaja. Tugas
perkembangan akan sukses bila perkembangan psikisnya, seperti mental, sikap,
perasaannya berkembang dengan wajar.
3. Posisi remaja dalam keluarga.
Kelancaran tugas perkembangan juga banyak dipengaruhi oleh posisinya ditengah
keluarga; sebagai anak tunggal atau bukan, anak kandung atau anak angkat, anak
pertama atau anak terakhir.
4. Kesempatan remaja untuk mempelajari
tugas-tugas perkembangan. Banyak sedikitnya kesempatan yang dimiliki remaja
sangat berpengaruh pada pelaksanaan tugas perkembangan remaja.
5. Motivasi diri. Ada tidak adanya
motivasi, kuat atau lemahnya, atau factor pendorong yang ada dalam diri seorang
remaja akan memperlancar atau menghambat pelaksanaan tugas-tugas perkembangan
remaja. Motivasi dapat bersumber dari dlam diri remaja, seperti semangat dan
obsesi, dan dari luar diri remaja, sseperti penghargaan orang tua atau
masyarakat terhadap remaja.
6. Lancarnya pelaksanaan tugas-tugas
perkembangan pada masa sebelumnya. Kelancaran pelaksaan tugas-tugas
perkembangan remaja selama masa kanak-kanak atau masa puber akan berpengaruh
terhadap kelancaran pelaksaan tugas-tugas perkembangan pada masa berikutnya.
C.
Masalah-Masalah Yang Terkait Dengan
Pencapaian Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Hurlock (1973) dalam
http://id.shvoong.com, ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi
tugas-tugas tersebut, yaitu:
1. Masalah pribadi, yaitu
masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah,
kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
2. Masalah khas remaja, yaitu masalah
yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah
pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip
yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban
dibebankan oleh orangtua.
3. Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann,
1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad dua puluh, yaitu berkembangnya
kesamaan perlakuan dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak
masa kini mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat
dan membingungkan serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan
peran dewasa sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya.
Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah,
penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan
kesedihan yang kronis.
4. Lebih lanjut dikatakan bahwa
masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat
kompeten dan terampil untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja
mengikuti perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka
merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional.
5. Bellak (dalam Fuhrmann, 1990) secara
khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja.
Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu
berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan
terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga
mencapai apa yang disebut information overload. Akibatnya timbul perasaan
terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas dan masalah-masalah yang
berhubungan dengan benturan budaya.
6. Tugas-tugas perkembangan pada masa
remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan
baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa
gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan,
kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko
dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
D.
Pelayanan yang Tepat dari Guru
Pembimbing Terhadap Remaja dalam Memenuhi Pencapaian Tugas-Tugas Perkembangan
Tugas
– tugas perkembangan remaja harus dapat diselesaikan dengan baik, karena akan
membawa implikasi penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam membantu remaja
tersebut, yaitu :
1. Guru pembimbing perlu memberikan
kesempatan melaksanakan kegiatan-kegiatan non akademik melalui berbagai
perkumpulan.
2. Membantu remaja putra dan putri yang
tidak sesuai dengan jenis kelaminnya melalui bimbingan dan konseling.
3. Siswa yang lambat perkembangan
jasmaninya diberi kesempatan berlomba dalam kegiatan kelompoknya sendiri.
4. Minat dan keinginannya, sesuai
dengan system kemasyarakatan yang dianutnya, dan membantu siswa mendapatkan pendidikan
yang bermanfaat untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan.
PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK
A. Pengertian
Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
1. Perkembangan
Fisik
Awal dari
perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis. Fisik atau tubuh
manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan.
Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem syaraf,
otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur/fisik tubuh. Dalam taraf-taraf
perkembangan selanjutnya kondisi jasmaniah seseorang akan mempengaruhi
kepribadiannya. Perkembangan fisik ini mencakup aspek-aspek anatomis (struktur
tubuh) dan fisiologis (fungsional tubuh). Perkembangan fisik
berlangsung mengikuti prinsip-prinsip cepalocaudal dan prowinodestral.
2. Perkembangan
Psikomotorik
Perkembangan
psikomotorik merupakan perkembangan terkait dengan perilaku motorik (koordinasi
fungsional neuromuscular system) dan fungsi psikis (kognitif, afektif
dan konatit). Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk
perilaku psikomotorik ialah bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang
sederhana kepada yang kompleks, dan dari yang kasar dan global (grass bodily
movements) kepada yang harus dan spesifik tetapi terkoordinasikan (finely
coordinated movements).
B.
Karakteristik Perkembangan Fisik dan
Psikomotorik
1.
Karakteristik Perkembangan Fisik
a.
Perkembangan
fisik pada masa kanak-kanak ditandai dengan mulai mampu melakukan
bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, pertumbuhan panjang kaki dan
tangan secara proporsional, koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang dengan
baik, dan ketahanan tubuh bertambah.
b.
Perkembangan
fisik pada masa remaja yang paling menonjol terdapat pada perkembangan
kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Ditandai dengan pertumbuhan berat dan
tinggi badan yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer dan sekunder
serta timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masa pubertas).
c.
Perkembangan
fisik pada masa dewasa ditandai dengan kemampuan fisik menjadi sangat
bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan ukuran tubuh yang
proporsional memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa pertumbuhan
mencapai titik maksimal dan mulai berhenti.
2.
Karakteristik Perkembangan
Psikomotorik
a. Perkembangan pada masa
kanak-kanak ditandai oleh beberapa hal misalnya dapat melompat 15-24 inchi,
dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dan dapat berjingkrak. Semakin lama mereka
bisa mengontrol tindakan mereka. Untuk perkembangan berikutnya mereka bisa
makan, mandi, berpakaian sendiri, membantu orang lain, menulis, menggambar dan
lain-lain.
b. Perkembangan psikomotorik pada masa
remaja ditandai dengan keterampilan psikomotorik berkembang sejalan dengan
pertumbuhan ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi. Kemampuan
psikomotorik terus meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan.
Secara umum, perkembangan psikomotorik pada laki-laki lebih tinggi dari
perempuan karena perkembangan psikomotorik pada perempuan akan terhenti setelah
mengalami menstruasi.
c. Perkembangan psikomotorik pada masa
dewasa merupakan puncak dari seluruh perkembangan psikomotorik. Latihan
merupakan hal penentu dalam perkembangan psikomotorik. Melalui latihan yang
teratur dan terprogram, keterampilan psikomotorik akan dapat ditingkatkan dan
dipertahankan. Semua sistem gerak dan koordinasi dapat berjalan dengan baik.
C.
Perbandingan Perkembangan Fisik dan
Psikomotorik antara Pria dan Wanita
1.
Perkembangan pada Pria
a. Fisik : lahir dengan tubuh relatif
panjang, pertumbuhan tinggi lebih lama saat praremaja dan sangat cepat saat
remaja, proporsi otot lebih besar, berkembang lebih lambat serta lebih sedikit
lemak dalam tubuhnya.
b. Psikomotorik : cara berjalan lebih
kaku, kemampuan berlari lebih baik, kemampuan menulis, menggunting dan menyusun
sesuatu kurang rapi, serta lebih suka dengan kegiatan fisik yang menantang
(olahraga berat, climbing, dll).
2.
Perkembangan pada Wanita
a.
Fisik
: lahir dengan tubuh relatif lebih pendek, pertumbuhan tinggi lebih cepat saat
praremaja dan menurun saat remaja, proporsi otot lebih kecil, berkembang lebih
cepat serta memiliki lebih banyak lemak dalam tubuhnya.
b.
Psikomotorik
: cara berjalan lemah gemulai, kemampuan berlari rendah, kemampuan menulis,
menggunting dan menyusun sesuatu lebih rapi, serta lebih suka dengan kegiatan
fisik yang sederhana (olahraga ringan, menari, dll).
D.
Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
1.
Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Fisik
Faktor
yang memengaruhi perkembangan fisik (motor skills) peserta didik
dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan, gangguan emosional,
jenis kelamin, dan kesehatan) dan faktor eksternal (lingkungan, gizi, dan
status sosial ekonomi).
2.
Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Psikomotorik
Faktor
yang memengaruhi perkembangan psikomotorik peserta didik dibedakan menjadi dua,
yakni faktor internal (keturunan/gen dari orang tua, gangguan emosional,
perkembangan sistem syaraf, pertumbuhan otot, perkembangan kelenjar endokrin
dan perubahan struktur tubuh) dan faktor eksternal (pola asuh orang tua dan
lingkungan).
E.
Implikasi Perkembangan Psikomotor
dan Fisik Terhadap Pendidikan
Pemahaman
terhadap pekembangan fisik dan psikomotorik berkaitan erat dengan perencanaan
pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini dapat membantu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih efektif dan efisien.
1.
Implikasi Pendidikan pada Anak
Anak
memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka merasa tertantang untuk melakukan
hal baru. Anak-anak belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu
berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Masa bermain anak merupakan masa
mereka berlatih dan mempelajari segala hal. Metode pendidikan yang cocok adalah
belajar sambil bermain dengan menggunakan permainan yang menantang dan menarik
bagi anak-anak serta mampu memicu munculnya kreatifitas anak. Orientasi
pendidikan lebih ditekankan pada aspek sikap dengan materi yang digunakan
banyak berkaitan dengan fakta yakni berkaitan dengan penggalian kasus atau
peristiwa serta pengalaman empirik peserta didik sebagai realitas kehidupan.
2. Implikasi
Pendidikan pada Remaja
Remaja memiliki pola pikir intuitif
dan berpikir dengan mengkaitkan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu.
Terjadi proses asimilasi yakni penggabungan info baru dalam pengetahuan yang
ada. Orientasi pendidikan remaja lebih ditekankan pada aspek pemahaman dan
keterampilan. Remaja lebih banyak dituntut untuk terampil melakukan suatu
tindakan yang diawali dengan melakukan pertimbangan. Materi yang diajarkan
lebih berkaitan dengan konsep yang mengharuskan peserta didik mengerti akan
suatu hal. Pendidikan membimbing remaja mencapai hubungan yang lebih matang
dengan teman sebaya, mencapai peran sosial, mencapai kemandirian emosional dan
mengembangkan kemampuan intelektual.
3. Implikasi
Pendidikan pada Orang Dewasa
Orang dewasa mampu menilai diri dan
situasi secara realistis, mampu menerima dan melaksanakan tanggung jawab,
memiliki kemandirian (autonomi), dapat mengontrol emosi, penerimaan sosial dan
memiliki pandangan hidup. Masa awal dewasa individu termotivasi untuk berhasil
melalui perkembangan social dan membentuk relasi. Ketidakmampuan melakukan
hubungan sosial menjadikan individu merasa terisolasi dan frustasi. Kita sudah
dianggap dewasa dan kita dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas segala
keberhasilan dan kegagalan kita. Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada
aspek pengetahuan dengan fokus pada materi generalisasi, yaitu kerangka
pengambilan kesimpulan dan formulasi ketentuan serta bagaimana solusi pemikiran
dan tindakan yang dilakukan. Peserta didik dituntut untuk berpikir kritis
agar mampu mengambil kesimpulan rasional. Pada periode pertengahan dewasa
muncul keinginan membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan
yang berguna melalui generativitas/bangkit. Memberikan asuhan dan bimbingan pada
anak-anak dengan mengajarkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan.
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA
A. Perkembangan
Kognitif Menurut Pandangan Bruner
Bruner memiliki pandangan mengenai
proses belajar yaitu langkah-langkah bagaimana orang memilih, mempertahankan,
dan mentransformasikan informasi secara aktif. Dimana perhatian tentang
kognitif Bruner berpusat pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan
informasi yang diterimanya, dan apa yang akan dilakukannya sesuah memperoleh
informasi untuk mendapatkan pemahaman yang memberikan kemampuan tersendiri
baginya.
1. Konsep
Jerome Bruner dalam menyusun teori
perkembangan kognitif memperhitungkan enam hal, yaitu sebagai berikut:
a. Perkembangan intelektual ditandai
oleh meningkatnya variansi respon terhadap stimulus.
b. Pertumbuhan tergantung pada
perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang dapat
menggambarkan realita.
c. Perkembangan intelektual memerlukan
peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain,
melalui kata-kata atau simbol, mengenai apa yang telah dikerjakan dan apa yang
dikerjakannya.
d. Interaksi antara guru dengan siswa
adalah penting bagi perkembangan kognitif.
e. Bahasa menjadi perkembangan
kognitif.
f. Pertumbuhan kognitif ditandai oleh
semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara
simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan mengalokasikan
perhatian secara runtut pada berbagai situasi tertentu.
2. Tahap-Tahap
Perkembangan
Bruner memahami karakteristik
perkembangan kognitif tidak didasarkan pada usia tertentu, namun berdasarkan
pengamatannya terhadap perilaku anak. Adapun tahap-tahap perkembangan kognitif
menurut Bruner, yaitu:
a. Tahap enaktif (0-2 tahun)Pada tahap
ini, anak memahami lingkungannya.
b. Tahap ikonik (2-4 tahun)Pada tahap
ini, informasi dibawa anak melalui imageri.
c. Tahap simboik (5-7 tahun)Pada tahap
ini, tindakan tanpa pemikiran terlebih dahulu dan pemahaman perseptual sudah
berkembang.
Bruner
menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang berkembang dari tahap enaktif
ke ikonik dan pada akhirnya ke simbolik. Meskipun demikian, bukan berarti orang
dewasa tidak lagi mengkodekan pengalamannya melalui sistem enaktif dan ikonik,
namun karena adanya banyak pengalaman, orang dewasa lebih banyak menggunakan
cara berpikir simbolik dibandingkan dengan enaktif dan ikonik.
3. Implikasi
dalam Pembelajaran
Implikasi tentang perkembangan
kognitif menurut Bruner dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a. Anak memiliki cara berpikir yang
berbeda dengan orang dewasa.
b. Anak, terutama pada pendidikan anak
usia dini dana anak SD kelas rendah, akan belajar dengan baik apabila mereka
memanipulasi objek yang dipelajari
c. Pengalaman baru yang berinteraksi
dengan struktur kognitif dapat menarik minat dan mengembangkan pemahaman anak.
B. Perkembangan
Bahasa Menurut Pandangan Chomsky
Sebelum Chomsky dikenal, kebanyakan
orang percaya kepada temuan teori belajar bahasa bahwa Brown yang disebut
‘gudang penyimpanan’ anak-anak mengimitasi orang lain dan memperoleh sejumlah
besar kalimat yang mereka simpan di kepala mereka. Kemudian mereka mencapai
penyusunan kalimat yang tepat saat kejadian-kejadian tertentu muncul ( Brown
dan Herrnstein, 1975, h.444)
Chomsky sebnaliknya membuktikan
kalau pandangan ini tidak tepat. Manusia tidak hanya belajar sejumlah kalimat,
karena secara rutin kita selalu menciptakan kalimat-kalimat baru.
Perkembangan bahasa dalam
psikolinguistik diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa, menyusun
tatabahasa dari ucapan-ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa yang paling tepat
dan paling sederhana dari bahasa tersebut (Tarigan, 1986:243)
Chomsky telah memutuskan
penilitiannya kepada aturan-aturan untuk membuat transformasi kalimat, seperti
saat kita mengubah sebuah kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan.
Chomsky sendiri mengamati anak tidak
secara tidak langsung. Namun kita bias mengilustrasikan kemampuan linguistic
anak dengan beberapa temuan Roger Brown (1973) yang sangat terinspirasikan oleh
Chomsky. Brown merekam di sebuah kaset beberapa ucapan anak-anak secara diam-diam
selama beberapa tahun dan menemukan di antara hal-hal yang lain, bagaimana mereka memulai membuat transformasi kalimat
dengan apa yang disebut questions tag.
Chomsky sudah menginspirasi banyak
peneliti, para ahli psikolinguistik khususny, untuk mempelajari perkembangan
bahasa anak-anak secara lebih mendetail. Berikuti ini beberapa tahap
perkembangan bahasa secara universal:
a. Bahasa Awal
Tahap
awal perkembangan bahasa dimulai sejak lahir. Pada bayi yang baru lahir sudah
menunjukan gerakan-gerakan tubuh yang sangat halus sebagai atas respon yang
didengarnya sebagai respon kepada ucapan-ucapan, dan gerakan mereka menjadi
beragam sesuai ikatan suara dan kata-kata dari ucapan tersebut.
b. Tahap pralinguistik
Pada
tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai
fungsi komunikatif, sebagai reaksi terhadap orang lain yang mencari kontak
verbal dengan anak tersebut atau sebaliknya (Monks, 1989:137)
c. Pengucapan satu-kata
Pada
usia sekitar satu tahun anak mulai memproduksi kata tunggal untuk
mengekspresikan seluruh kalimat.
d. Pengucapan dua-kata
Pada
usia 1-2 tahun seorang anak sudah mulai mengucapkan dua kata secara bersamaan
dan bahasa mereka menunjukan struktur tertentu.
e. Pengembangan gramatika
Diusia
dua sampai tiga tahun anak mulai meletekan tiga atau lebih kata secara
bersamaan.
f. Mendekati gramatika orang dewasa
Anak
pada usia 5-9 tahun sudah menguasai perkembangan bahasa yang cukup kompleks,
namun belum mampu menyusun kalimat pasif yang kompleks.
g. Tahap kompetensi lengkap
Pada
usia 11-dewasa pembendaharaan kata semakin meningkat, sehingga kecapakan
berkomunikasi semakin baik dan fasih.
1.
Kemampuan Berbahasa dan Berpikir
Berpikir merupakan rangkaian proses
kognisi yang bersifat pribadi yang berlangsung selama terjadinya stimulus
sampai dengan munculnya respons (Morgan, 1989:228). Dalam aktivitas berpikir di
dalamnya melibatkan bahasa. Berpikir merupakan percakapan dalam hati inner speech (Morgan, 1989:231). Bahasa
merupakan alat untuk berpikir dan berpikir mengekspresikan hasil pemikiran
tersebut.
2.
Karakteristik Perkembangan Bahasa
Karakteristik perkembangan bahasa
tidak jauh dari apa yang telah dijelaskan diatas, sehingga kita menengok
kembali pada pembahasan tersebut.
3.
Implikasi Dalam Pembelajaran
Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa, diantaranya adalah:
a. Mengupayakan lingkungan yang dapat
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan bahasa secara optimal.
b. Pengenalan sejak dini terhadap
lingkungan yang memiliki variasi kemampuan bahasa pada anak sangat diperlukan
untuk mengacu perkembangan bahasanya.
c. Mengembangkan strategi untuk
mempermudah penguasaan bahasa, antara lain: cara untuk memudahkan mengingat,
meniru, mengalami langsung, bermain.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan fisik, bahasa serta
perilaku psikomotorik dan kognitif pada usia anak hingga dewasa berbeda - beda.
Itu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sifat dan pengaruh
lingkungan individu itu sendiri. Selain itu dapat ditandai dengan beberapa hal,
misalnya perkembangan fisik ditandai dengan perubahan yang terjadi pada Sistem
Saraf, Perkembang Tulang dan Berat Badan Serta Perkembangan Otot. Menurut Clara
dan William Stern, ilmuan bangsa Jerman, Perkembangan Bahasa seorang anak
dibagi dalam empat masa, yaitu: masa kalimat satu kata, masa memberi nama, masa
kalimat tunggal dan masa kalimat majemuk. Sedangakan Perkembangan Perilaku Psikomotorik
dapat dilakukan dengan cara terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang
terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu juga
melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal,
seperti senam, berenang, dll. Begitu juga dengan Perkembangan Kognitif bias
ditandai dengan berbagai macam hal, diantaranya adalah Perkembangan Memori,
Perkembangan Pemikiran Kritis, Perkembangan Kreatifitas dan Bahasa.
B. SARAN
Untuk menunjang perkembangan fisik,
bahasa serta perilaku psikomotorik dan kognitif pada anak perlu diadakannya
pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di
sekolah. Makanan yang bergizi juga tidak kalah pentingnya bagi pertumbuhan dan
perkembangan sang anak. Sehingga kelak mereka bisa menjadi orang yang berguna
di lingkungannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Danim,
Sudarman. 2013. Perkembangan Peserta
Didik. Bandung : Alfabeta.
Fauzi,
Ilham. 2013. Perkembangan
Fisik dan Psikomotorik. http://weloveblitar.blogspot.com/2013/02/perkembangan-fisik-dan-psikomotorik.html
Hamid,
Abdul. 2012. 
Perkembangan
Kognitif dan Bahasa. http://multi-sharing.blogspot.com/2012/04/perkembangan-kognitif-dan-bahasa.html.
Melinda,
Dilla. 2012. Tugas – Tugas dan
Perkembangan Remaja. http://dillamelinda.blogspot.com/
Raika,
Vieka. 2013. Aspek-
Aspek Perkembangan Perilaku dan Pribadi. http://nay-hyukvie.blogspot.com/2013/06/aspek-aspek-perkembangan-perilaku-dan.html
Di
akses 25 Maret 2015 Pukul 19.00
No comments:
Post a Comment