Sunday, September 15, 2019

PROPOSAL PENGGUNAAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD


“PENGARUH PENGGUNAAN  MEDIA VISUAL (GAMBAR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA”
(Studi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negri 2 Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan)”

Proposal Skripsi


ICEU TRISNAWATI
2014151114



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KUNINGAN
2018

LEMBAR PERSETUJUAN


PENGARUH PENGGUNAAN  MEDIA VISUAL (GAMBAR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA”(Studi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negri 2 Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan )”

Iceu Trisnawati
2014151114


PROPOSAL PENELITIAN
Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Seminar Proposal Penelitian Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Kuningan
Proposal ini disetujui oleh :




Pembimbing I                                                                          Pembimbing II






Agus Gunawan, M.Pd                                                          Arrofa Acesta M.Pd
NIP. 196708251993031003                                                   NIK. 410101690137



Mengetahui :
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar





Arrofa Acesta M.Pd
                                    NIK. 410101690137

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan dapat berlangsung di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan adalah usaha yang dianggap penting guna menjaga keselamatan bangsa dan negara. Maka dari itu, untuk melaksanakan pendidikan diperlukan adanya kerjasama yang baik antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Karena sangat pentingnya dalam hal masalah pendidikan, pemerintah sangat mengapresiasi sehingga lahirlah.
Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membina, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dengan begitu, terlihat sangat jelas bahwa guru merupakan komponen yang sangat penting dalam suksesnya pendidikan Indonesia.
Kurikulum dalam pendidikan di indonesia saat ini masih dalam tahap proses perkembangan kurikulum. Pada saat ini kurikulum yang di pakai sudah mengikuti alur modernisasi sehingga  kurikulum juga banyak terjadinya pengembangan dengan mengupgrade hal-hal yang baru untuk di terapkan dalam pembelajaran di sekolah. pentingnya kurikulum merupakan komponen sistem pendidikan yang paling rentan terhadap perubahan. Menurut dewi kusumawati ( 2015:1:3)  perubahan dan pengembangan kurikulum bermaksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. Oleh karena itu seorang pendidik perlu mengikuti perkembangan kurikulum dan mengambil peran yang sesuai dalam pendidikan.
Guru memiliki tanggung jawab langsung dalam proses pengajaran di kelas, beinteraksi dengan siswa-siswi dengan berbagai karakter dan level kemampuan, sehingga sangat penting memiliki kompetensi dan keterampilan mengajar yang bervariasi dalam teknik, metode dan pendekatan pengajaran di kelas. Guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, nyaman dan menyenangkan. Karena keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru yang merupakan komponen pendidikan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Kurikulum tiga belas (KURTILAS) di lapangan. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses pembelajaran dikelas maupun efeknya diluar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai.
Di SDN 2 Purwasari Kabupaten Kuningan Kecamatan Garawangi.. Melalui hasil Obervasi siswa kelas 4. Seringkali peneliti menemukan pembelajaran yang disampaikan oleh guru terlalu monoton dan tidak menarik minat siswa untuk belajar. Hal tersebut mungkin karena guru tidak adanya upaya meningkatkan minat belajar siswa, sering terjadi di kelas banyak guru dalam menyampaikan pembelajarannya hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi. Sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Setelah melakukan observasi terhadap siswa kelas 4, peneliti melakukan wawancara mengenai pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Dalam hasil wawancara peneliti mengumpulkan beberapa jawaban hasil dari wawancara tersebut, mengenai pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Sebagian siswa kelas 4  yang menjawab dengan jawaban yang hampir sama yaitu pelajaran IPS terlalu banyak hapalan dan bacaan, sehingga membuat siswa menjadi kurang tertarik yang mengakibatkan siswa menjadi pasif dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.  Berikut di bawah ini  tabel data perolehan hasil nilai rata-rata semester I di bawah ini.

Tabel 1.
Nilai Rata-Rata Ujian Akhir Semester  (UAS)  Mata Pelajaran IPS Kelas IV Tahun Ajaran 2017/2018
Kelas
Hasil nilai  (rata-rata) IPS
Semester 1
UAS
4 A  (27 siswa)
(Experimen)
67
4 B  (29 siswa)
(Kontrol)
68
Sumber: Dokumentasi guru kelas IV
Hasil belajar siswa di SDN 2 Purwasari Kelas IV masih dalam kriteria 44% atau 50%. Dari jumlah siswa sebanyak 56 dengan jumlah 2  kelas. Kelas A sebanyak 27 dan kelas B 29 Tahun ajaran 2017/2018. Hasil belajar ini di teliti sebelum menggunakan media pembelajaran visual diambil sample data dari nilai hasil UAS. Media juga berpengaruh dalam hasil belajar. Hal itu dikarenakan hasil belajar menggunakan media  dapat membantu siswa agar termotivasi dalam pembelajarannya. Oleh karena itu penggunaan media sangat penting untuk meningkatkan hasi belajar siswa. Kaitannya dengan tuntutan atau pencapaian target kompetensi dasar untuk pemmbelajaran penggunaan media visual gambar terhadap pembelajaran IPS siswa kelas IV, ketuntasan  minimal setara dengan 70% jauh di atas dari nilai KKM.
Hasil belajar merupakan perubahan pada diri seseorang setelah melalui proses belajar. Dengan belajar seseorang dapat meningkatkan kemampuannya baik dalam bidang pengetahuan keterampilan nilai dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya. Menurut  Bloom  et,  al  (dalam  Kurniawan,  2011:13)  menggolongkan  hasil  belajar menjadi tiga bagian yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang  ada  kaitannya  dengan  ingatan,  kemampuan  berfikir  atau  intelektual.  hasil  belajar  afektif yaitu  merujuk  pada  hasil  belajar  yang  berupa  kepekaan  rasa  atau  emosi.  Selanjutnya  hasil  belajar psikomotor yaitu berupa kemampuan gerak tertentu.
Maka dari itu dalam pembelajaran perlu adanya pengunaan media yang mendukung pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan baik agar berdampak pada hasil belajar yang meningkat. Dalam pembelajaran IPS terhadap siswa kelas 4 dengan menggunakan media di harapkan dapat membantu hasil belajar siswa. Media sangat penting dalam kegiatan pembelajaran hal itu diperlukan karena media membantu proses kegiatan pembelajaran hingga sukses. Fungsi media juga sangat bermanfaat bagi pembelajaran. Menurut Yusuf Hadi, M (2007:160) mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar dalam diri siswa-siswi. Dalam hal ini media dapat menarik minat anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan lebih memotivasi dalam pembelajaran  dengan adanya bantuan media.
Penggunaan jenis media yang akan di terapkan pada mata pelajaran IPS  kelas 4 yaitu Media Berbasis Visual (gambar).  Dikutif kasful dan hendra ( 2011 :170) Media berbasis visualisasi adalah media yang dapat menyajikan pesan, informasi, atau konsep pembelajaran kepada siswa. Berbeda hal lagi menurut pendapat Sanjaya menyebutkan   (2008:211) Media  visual  adalah  media  yang  hanya  dapat  dilihat  saja, tidak  mengandung  unsur  suara.  Yang  termasuk  ke  dalam  media  visual  adalah  film, slide,  foto,transparasi, lukisan, gambar dan berbentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.  Dari pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran media sangat penting untuk meningkatkan  dan memotivasi hasil belajar siswa. 
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan  penelitian studi eksperimen dengan judul ““Pengaruh penggunaan media visual (gambar dan diagram) terhadap hasil belajar siswa (Studi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 SD Negri 2  Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan )”
B.       Pembatasan Masalah
Masalah yang dibatasi dalam proposal ini adalah :
1.        Peneliti terbatas pada Media belajar dan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan  media visual (gambar)
2.        Sasaran peneliti terbatas pada kreatifitas siswa dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
C.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut, maka permasalahan yang diajukan dalam proposal ini yaitu
1.      Apakah terdapat perbedaan kemampuan awal siswa dikelas 4 sebelum  diterapkan media visual (gambar) terhadap hasil belajar siswa ?
2.      Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa di kelas 4A sesudah diterapkan media visual (gambar) dengan siswa di kelas 4B yang diterapkan media gambar sesudah perlakuan ?
3.      Apakah terdapat peningkatan (Gain) hasil belajar siswa dikelas 4A yang diterapkan media pembelajaran dengan siswa dikelas 4B yang tidak  diterapkan  media pembelajaran visual (gambar)  ?



D.       Tujuan
Berdasarkan dengan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan tujuan penelitian pembelajaran sebagai berikut :
1.      Untuk membedakan kemampuan awal siswa kelas 4 sebelum diterapkan media visual (gambar) terhadap hasil belajar siswa sebelum perlakuan di SDN 2 Purwasari  Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan.
2.      Untuk membedakan hasil belajar siswa kelas 4A sesudah diterapkan  media visual (gambar) dengan siswa di kelas 4B  yang mendapatkan media gambar perlakuan di SDN 2 Purwasari Kecamatan Garawangi  Kabupaten Kuningan.
3.      Untuk meningkatkan (Gain) hasil belajar siswa dikelas 4A yang diterapkan media pembelajaran dengan siswa dikelas 4B yang tidak diterapkan media pembelajaran visual (gambar) di SDN 2 Purwasari Kecamatan Garawangi  Kabupaten Kuningan.
E.     Manfaaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu :
1.      Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengetahuan tentang penggunaan media  visual dalam  pembelajaran IPS  pada siswa Kelas 4 SDN 2 Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan.
2.      Manfaat praktis
a)      Bagi siswa
Memotivasi siswa dalam pembelajaran  untuk menghadapi pelajaran yang dihadapi setelah guru melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas IV SDN 2 Purwasari Kabupaten Kuningan. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif  dalam proses pembelajaran agar memudahkan siswa dalam memahami mata pelajaran IPS dengan bantuan media tersebut.
b)      Bagi peneliti
Sebagai acuan untu peneliti agar menggunakan media  pembelajaran media Visual (gambar) dengan pengembangan media terhadap hasil belajar siswa (studi eksperimen pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN  2 Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan.
c)      Bagi sekolah
Agar bermanfaat dari hasil penelitian ini bisa digunakan untuk acuan  mengenai media pembelajaran guru menggunakan media pembelajaran Visual (gambar) terhadap hasil belajar siswa (studi eksperimen pada pembelajaran IPS siswa kelas 4 SDN 2 Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan serta dapat meningkatkan mutu sekolah.
d)     Bagi guru
Sebagai acuan pengetahuan tambahan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terjadi di sekolah dan  bahan evaluasi, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam  menerapkan media visual (gambar) yang menarik minat anak untuk belajar dengan tepat agar memotivasi siswa dengan prestasi  hasil belajar  siswa  di kelas IV SDN 2 Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten kuningan.
F.     Kajian Pustaka
1.      Hasil belajar
Hasil belajar merupakan perubahan pada diri seseorang setelah melalui proses belajar. Dengan belajar seseorang dapat meningkatkan kemampuannya baik dalam bidang pengetahuan keterampilan nilai dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya. Menurut  Bloom  et,  al  (dalam  Kurniawan,  2011:13)  menggolongkan  hasil  belajar menjadi tiga bagian yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang  ada  kaitannya  dengan  ingatan,  kemampuan  berfikir  atau  intelektual.  hasil  belajar  afektif yaitu  merujuk  pada  hasil  belajar  yang  berupa  kepekaan  rasa  atau  emosi.  Selanjutnya  hasil  belajar psikomotor yaitu berupa kemampuan gerak tertentu.
Secara umum belajar merupakan suatu Aktivitas fisik maupun mental /psikis, yang berlangsung melalui pengalaman interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang terjadi di dalam diri siswa Tureni (2007:1). Sedangkan Morgan dalam Maxinus Jaeng (2007:3) menyatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pemahaman lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Nana Sudjana (2009: 111) yang menyatakan bahwa “hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar.
Berdasarkan teori atau definisi yang telah dikemukakan di atas, maka secara keseluruhan penulis dapat menarik suatu kesimpulan adanya beberapa unsur sekaligus yang menjadi hakikat dari pada hasil belajar, (1) hasil belajar diperoleh melalui suatu proses yang disebut proses pembelajaran; (2) hasil belajar mencerminkan adanya kompetensi atau kemampuan yang telah dimiliki siswa sehingga perilaku siswa berubah; dan (3) hasil belajar mencakup beberapa aspek (pengetahuan, sikap, dan keterampilan). Jadi dapat ditegaskan bahwa yang menjadi esensi atau hakikat hasil belajar tidak lain adalah perubahan perilaku siswa yang diperoleh melalui pengalaman belajar.
(Menurut Sardiman, 2008 : 108 ) faktor yang mempengaruhi aktivitas dan hasil  belajar dibedakan menjadi dua katogeri yaitu:
1)      Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisikologis dan psikologis.
a)      Faktor fisikologis
Faktor-faktor fisikologis ini mencangkup faktor matrial pembelajaran,  faktor lingkungan,  faktor instrumental dan faktor kondisi indifidual subjek didik.
b)      Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah kegiatan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama proses belajar adalah kecerdasan siswa,  motifasi,  minat,   sikap dan bakat.
2)      Faktor eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen,  faktor-faktor eksentral juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor-faktor eksentral yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,  yaitu faktor lingkunga sosial dan faktor lingkungan non sosial.
a.       Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah,  seperti guru,  dan teman-teman sekelas  dapat  mempengaruhi proses belajar seorang siswa( Sardiman, 2008 : 108 ).
b.      Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
c.       Lingkungan sosial keluarga
Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar, ketegangan keluarga,  sifat-sifat orang tua,  demografi keluarga(letak rumah),  pengelolaan keluarga,  semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.


d.      Lingkungan alamiah
Lingkungan alamiah meliputi kondisi udara segar,  tidak panas dan tidak dingin, sinar mata yang tidak selalu silau/kuat atau tidak terlalu lemah/gelap,  suasana yang sejuk dan tenang.
e.       Lingkungan non sosial
Menurut Sardiman (2008:108) Faktor-faktor yang termasuk lingkungan  non sosial yaitu:
1)      Faktor Instrumental
Perangkat instrumental  yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.  Pertama  hardware,    seperti : gedung sekolah,  alat-alat belajar,  fasilitas belajar,  lapangan olah raga dan lain sebagainya.  Kedua software,   seperti kurikulum sekolah,  peraturan-peraturan sekolah,  buku  panduan,  silabus dan lain sebagainya.
2)      Faktor materi pelajaran
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru,  disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu ,  agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa,  maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan  sesuai dengan kondisi siswa.


2.      Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah suatu alat yang berpengaruh dalam proses pembelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk lebih memahami dari proses pembelajaran.  anak didik. Media pembelajaran dapat dipahami sebagai sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimaannya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (Munadi, 2010: 7). Sehingga pembelajaran akan lebih efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi  bahan pembelajaran dapat divisualisasikan secara realistik menyerupai keadaan yang sebenarnya, meskipun tidak berarti bahwa media tersebut harus selalu menyerupai keadaan yang sebenarnya. Hal ini dimaksudkan bahwa media dapat diberikan secara nyata seperti berupa gambar benda mirip aslinya ataupun miniatur.
Beda hal lain Menurut Rossi dan Breidle (dalam Sanjaya, 2008:204) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah Seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku koran, majalah dan sebagainya. Menurut Rossi alat atau media tersebut digunakan dan diprogram untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaranMenurut  yusuf hadi miarso (kasful dan hendra, 2011:160) mendefinisikann media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya  proses belajar dalam diri siswa-siswi.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana atau alat yang digunakan dalam pendidikan yaitu untuk tujuan informasi yang dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa yang dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya dan memudahkan penafsiran data.
3.      Media  Visual
1)      Pengertian Media Visual
Sesuai dengan namanya, media visual adalah  media yang hanya  dapat dilihat dengan  menggunakan indera penglihatan. Jenis media yang sering digunakan oleh guru-guru  sekolah  dasar untuk membantu menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Menurut Sanjaya (2008:211) Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media visual adalah film slide, foto, transparasi, lukisan, gambar dan berbentuk bahan yang dicetak seperti media grafis. yusuf hadi miarso (kasful dan hendra, 2011:160) menyebutkan Media berbasis visualisasi adalah media yang dapat menyajikan pesan, informasi, atau konsep pembelajaran kepada siswa seperti media:
a.       Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Selain dapat menarik perhatian siswa, sketsa dapat menghindarkan verbalisme dan memperjelas pesan. Sketsa dapat di buat langsung oleh guru, karena itu harganya pasti murah (bahkan bisa tanpa biaya). Satu-satunya hambatan yang sering dikemukakan adalah: guru tidak bisa menggambar. Padahal setiap orang pasti memiliki kemampuan dasar menggambar, dan itu sudah cukup sebagai modal membuat sketsa untuk memperjelas sajian kita.
b.      Grafik merupakan gambar sederhana yang menggunakan garis titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Grafik digunakan untuk menjelaskan perkembangan atau perbandingan suatu obyek yang saling berhubungan. Grafik biasanya disusun bedasarkan prinsip matematika dan menggunakan data komparatif. Ada beberapa bentuk grafik, antara lain: grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran dan grafik gambar.
c.       Bagan adalah yang menyajikan ide-ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu penyajian. Dalm bagan sering dijumpai bentuk grafis yang lain seperti gambar, diagram, kartun, dan lambang verbal. Agar menjadi media yang baik, bagan hendaknya dibuat secara sederhana, lugas, tidak terbelit-belit dan up to date. Ada beberapa macam bentuk bagan, yaitu: bagan pohon, bagan arus dan bagan garis waktu. Bahan pohon biasanya digunakan untuk menunjukan sifat, komposisi atau hubungan antar kelas (strata). Contoh bagan pohon yang paling mudah ditemukan di sekolah adalah bagan tentang struktur organisasi OSIS. Bagan arus untuk menggambarkan hubungan atau langkah-langkah suatu kegiatan. Sedangkan bagan garis waktu untuk menggambarkan hubungan antara peristiwa dengan waktu secara kronologis.
d.      Diagram/ skema merupakan suatu gambar yang sederhana yang mengunakan garis-garis dan simbol-simbol. Diagram menggambarkan struktur dari objek tertentu secara garis besar. Diagram menunjukan hubungan yang ada antara komponennya atau sifat-sifat proses yang ada di situ. Isi diagram pada umumnya berupa petunjuk untuk memahami komponen dan mekanisme kerja suatu peralatan tertentu. Misalnya kalau kita membeli peralatan elektronik, biasanya disertai sebuah diagram mengenai komponen alat tersebut, fungsi dan cara pengoperasiannya. Jika digunakan dalam pembelajaran, diagram bisa menyederhanakan sesuatu yang kompleks sehingga dapat membantu memperjelas penyajian guru. Kelebihannya, diagram dapat menyajikan materi yang luas dan kompleks menjadi lebih padat dan sederhana. Namun untuk bisa memahami diagram, siswa harus memiliki latar belakang tentang materi yang didiagramkan.
e.       Poster dapat didefinisikan sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama.
Dapat di simpulkan dalam menklasifikasikan media visual harus sesuai dengan materi pembelajaran yang akan di sampaikan. Dari berbagai jenis yang di sampaikan di atas penulis hanya akan meneliti satu jenis media visual yang akan di terapkan di kelas 4 SDN 2 PURWASARI . Jenis media visual yang akan di bahas dalam penelitian ini mengenai media visual gambar 2 dimensi. Atau bisa menggunakan media gambar sketsa.
Penggunaan media yang tepat akan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang bersangkutan. Dalam hal ini, media yang dianggap paling mampu meningkatkan hasil belajar yang sering digunakan adalah media visual.Penggunaan media pembelajaran khususnya media visual bukanlah sekedar upaya untuk membantu pengajar, namun juga membantu siswa dalam belajar karena dengan menggunakan media pikiran siswa akan lebih terfokus pada upaya yang disampaikan oleh pendidik dan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan media visual ini harus sesuai dengan tujuan pengajaran. Kesesuaian media visual yang digunakan guru dengan situasi saat jam pelajaran berlangsung, dalam penelitian ini diukur dari:
a)      Media visual digunakan jika pada saat jam pelajaran berlangsung terdapat siswa yang mengantuk, bosan dan malas.
b)      Media visual digunakan pada saat materi yang dijelaskan oleh guru kurang bisa dipahami siswa.
c)      Media visual digunakan untuk mengatasi terbatasnya sumber belajar.
Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas bahan-bahan visual itu sendiri. Hal ini dapat dicapai dengan mengatur dan mengorganisasikan gagasan-gagasan yang timbul, merencanakannya dengan seksama, dan menggunakan teknik-teknik dasar visualisasi objek, konsep, informasi, atau situasi. Meskipun perancang media pembelajaran bukan seorang pelukis dengan latar belakang profesional, ia sebaliknya mengetahui beberapa prinsip dasar dan penuntun dalam rangka memenuhi kebutuhan penggunaan media berbasis visual (Azhar Arsyad, 2011 : 35).
Dapat di simpulkan bahawa dari pendapat di atas tentang media visual mnjelaskan tentang bagaimana pentingnya media visual dan jenis-jenis media visual yang akan menunjang keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan media visual dengan media visual pembelajaran termudahkan dan dapat diapahami .
2)      Fungsi Media Visual
Media visual sangat berfungsi untuk media pembelajaran. Menurut Levie & Lents (dalam Arsyad, 2013:20) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:
a.       Fungsi Atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.
Media gambar khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.
b.      Fungsi Afektif
Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
c.       Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaiaan tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d.      Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Dari pengertian fungsi-fungsi diatas, dapat di simpulkan media visual memiliki multi fungsi dalam media pembelajaran. Hanya saja penggunaan media visual harus relevan agar fungsi media sesuai dengan pembelajaran serta , media pembelajaran akan berfungsi jika media dengan materi sesuai dan berfungsi dengan baik pada saat pembelajaran berlangsung.
3)      Manfaat Media Visual
Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2013 : 28) mengemukakan manfaaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
a.       Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b.      Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
c.       Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
d.      Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Berdasarkan pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa media pembelajaran sangat diperlukan, disamping untuk wahana penyampaian materi pembelajaran juga untuk meningkatkan kejelasan pembahasan materi. Selain itu, juga untuk memotivasi belajar siswa. Semakin abstrak materi pembelajaran maka semakin penting kehadiran media pembelajaran. Sehingga kualitas belajar siswa akan semakin berkualitas.
4)      Kelebihan dan Kekurangan Media Visual (Gambar)
Menurut Daryanto (2011: 100) kelebihan media gambar sebagai berikut:
a)      Mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar mengajar karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa.
b)      Harganya relatif murah dari pada jenis-jenis media pengajaran lainnya.
c)      Gambar dapat dipergunakan dalam banyak hal, untuk berbagai jenjang pengajaran dan berbagai disiplin ilmu.
d)     Gambar dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi lebih realistik.
Menurut Daryanto (2011: 101) kekurangan media gambar antara lain:
a)      Beberapa gambarnya sudah cukup memadai, tetapi tidak cukup besar  ukurannya jika digunakan untuk tujuan pengajaran kelompok besar, kecuali jika diproyeksikan melalui proyektor.
b)      Gambar adalah berdimensi dua sehingga sukar untuk melukiskan bentuk sebenarnya yang berdimensi tiga. 
c)      Gambar tetap tidak memperlihatkan gerak seperti halnya gambar hidup.
Menurut Arief S. Sadiman, dkk, (2010 :17-18) kelebihan dan kelemahan penggunaan media gambar yaitu :
Kelebihan media gambar
a.       Sifatnya konkrit, gambar lebih realitis menunjukkan masalah dibandingkan dengan verbal semata.
b.      Gambar dapat menngatasi batasan ruang dan waktu. Peristiwaperistiwa yang terjadi dimasa lampau bisa kita lihat seperti apa adanya.
c.       Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
d.      Gambar dapat memperjelas suatu masalah. Siswa mudah memahaminya.
e.       Bisa menampilkan gambar, grafik atau diagram.
f.       Bisa dipergunakan di dalam kelas, dirumah maupun dalam perjalanan dalam kendaraan.
g.      Dapat dipergunakan tidak hanya untuk satu orang.
h.       Dapat dipergunakan untuk memberikan umpan balik.
Kelemahan media gambar
a.       Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.
b.      Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
c.       Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
d.      Gambar sulit dicari karena sejarah mempelajari masa lalu, dan kejadian masa lalu sulit untuk diabadikan.
e.        Tidak semua kejadian masa lalu dapat dibuat gambarnya.
Dapat di simpulkan dalam penjelasan media gambar diatas tentang kelemahan dan kelebihan di atas. Media pasti memiliki kelebihan dan kekurangan hanya saja bagaimana seorang guru memanfaat kan media dengan memodifikasi media agar kekurangan dalam media tersebut teratasi. Sehingga media dapat di gunakan semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran.
5)      Langkah-Langkah Penggunaan Media Visual (Gambar)
Menurut Arif  S. Sadiman, dkk, (2010:29:30) menyebutkan langkah-langkah penggunaan media gambar yaitu Langkah langkah Penggunaan Media Gambar antara lain :
a.       Guru menggunakan gambar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa.
b.      Guru memperlihatkan gambar kepada siswa di depan kelas.
c.       Guru menerangkan pelajaran dengan menggunakan gambar.
d.      Guru mengarahkan perhatian siswa pada sebuah gambar sambil mengajukan pertanyaan kepada siswa secara satu persatu.
e.       Guru memberikan tugas kepada siswa.
Sebelum menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran, seorang guru harus memperhatikan langkah-langkah menggunakannya, agar pembelajaran dengan menggunakan media dapat berjalan dengan baik. Adapun yang harus di perhatikan oleh seorang guru dalam menggunakan media gambar diantaranya adalah :
a.       Objektifitas
Unsur objektifitas dalam memilih media pengajaran harus dihindarkan. Artinya guru tidak boleh memilih media atas dasar kesenangan pribadi, media pengajaran menunjukkan keaktifan dan efesiensi yang tinggi maka guru jangan merasa bosan menggunakannya.
b.      Program pengajaran
Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku baik isinya atau strukturnya, kualitas teknis,  Situasi dan kondisi
c.       Keaktifan dan efesiensi penggunana media.
Keefektifan berkenaan dengan hasil belajar yang dicapai, sedangkan efesiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil belajar
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegitan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.Media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan.
Gambar  merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasikan sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan mudah karena hasil yang diragakan lebih mendekati kenyataan melalui foto yang diperlihatkan kepada anak-anak, dan hasil yang diterima oleh anak-anak akan sama.
Diantara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dalam menggunakan media hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan media tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Adapun prinsip-prinsipnya antara lain adalah:
a.       Menentukan jenis media dengan tepat
b.      Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat
c.       Menyajikan media dengan tepat
d.      Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, empat dan situasi yang tepat.
Penggunaan media gambar sebaiknya harus disesuaikan dengan kematangan siswa. Gambar yang dijadikan media hendaknya dalam hala-hal sebagai berikut:
a.       Warna harus menarik minat siswa, karena pada umumnya siswa petama kali melihat warna, kemudian ditafsirkannya
b.      Ukuran nya harus seimbang
c.       Jarak suatu objek lainnya harus jelas
d.      Suatu gambar hendaknya harus menunjukan gerakan gambar hendaknya disesuaikan dengan urutan tertentu dan dihubungkan dengan masalah yang luas.
Didalam proses pembelajaran, ada enam hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media gambar, yaitu:
1.      Seorang guru harus memperhatikan kejelasan materi yang digambarkan / dituliskan
2.      Seorang guru harus yakin bahwa semua murid dapat melihat sketsa itu dan menghilangkan segala yang merintangi pandangan mereka
3.      Menggunakan beraneka raga warna supaya lebih menarik
4.      Keaslian gambar, sumber yang digunakan hendaklah menunjukkan keaslian atas situasi yang sederhana
5.      Gambar harus membawa pesan yang cocok untuk tujuan pengajaran yang sedang dibahas, bukan dari segala bagusnya saja tetapi yang enting gambar tersebut membawa pesan tertentu.
6.      Gambar harus dinamis sesuai dengan aktifitas tertentu.
Dapat di simpulkan dari langkah-langkah penggunaan media di atas penggunaan media harus sesuai aturan dan prosedur nya. Dengan di terapkan langkah-langkah pengunaan media maka dari itu pengunaan media akan lebih efektif dan dapat membantu mempermudah proses pembelajaran dengan baik. Sehingga media dapat terus digunakan dengan baik dan media menjadi  motivasi dalam proses pembelajaran.
4.      Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan sosial, dari ekonomi mengenai bisnis, sejarah terbentuknya masyarakat, kewilayahan dan lainnya. Setiap ahli memiliki pengertian yang berbeda-beda dari ilmu pengetahuan sosial itu sendiri. Menurut Somantri Sapriya (2008:9) menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Menurut Mulyono (1980:8) berpendapat bahwa IPS adalah suatu pendekatan interdisipliner (inter-disciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu soial, seperti sosiologi antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan sebagainya. Menurut Saidiharjo (1996: 4) menyatakan bahwa IPS merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti:geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, politik. Menurut Kosasih (1979: 2) bahwa IPS adalah ilmu yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk di jadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Menurut Sumaatmadja (2002: 123) bahwa IPS adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dan lingkungan sosialnya yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti, geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi.
1)      Karakteristik dilihat dari Aspek Tujuan
Menurut Chapin dan Messick (1992: 5) bahwa tujuan pembelajaran IPS dapat dikelompokkan ke dalam enam komponen, yaitu :
a)        Memberi pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
b)        Mengembangkan keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi.
c)        Mengembangkan nilai sikap demokrasi dalam bermasyarakat.
d)       Menyediakan kesempatan siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial.
e)        Ditujukan pada pembekalan pengetahuan, pengembangan berfikir dan kemampuan befikir kritis, melatih kebebasan keterampilan dan kebiasaan.
f)         Ditujukan kepada siswa untuk mampu memahami hal yang bersifat konkret, realistis dalam kehidupan sosial.
Sementara Mutakin (2003: 12-13) mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran IPS secara keseluruhan membantu setiap individu untuk meningkatkan aspek ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai keterampilan. Lebih lengkap menurut Hamid (1996: 107) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran ilmu-ilmu sosial, terutama ilmu pengetahuan sosial dapat dilihat dari tiga kategori yaitu memiliki karakteristik kategori pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan siswa sebagai pribadi.
Mengenai karakteristik pendidikan IPS sebagai suatu synthetic disciplines dijelaskan oleh Somantri dalam (Nana supriyatna 2007; 11) sebagai berikut :
Disebut synthetic disciplines karena pendidikan IPS bukan hanya harus mampu mensintesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, melainkan juga tujuan pendidikan dan pembangunan serta masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakatpun yang sering disebut dengan ipoleksosbudhankam akan menjadi pertimbangan bahan pendidikan IPS.
Pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat perguruan tinggi akan berbeda dengan pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat persekolahan. Penyederhanaan pendidikan IPS  harus diorganisir dan disiapkan sedemikian rupa dan didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. Materi pendidikan IPS yang akan dipelajari siswa harus didasrkan pada tujuan yang akan dicapai. Dalam hal ini, Somantri (2001; 44) merumuskan batasan dan tujuan pendidikan IPS untuk tingkat sekolah sebagai “suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi, ideologi negara dan agama yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”.
2)      Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Hasan dalam (Nana supriyatna 2007; 13 ), tujuan pendidikan IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat  dan bangsa serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial. Tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat. Sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu.
Berdasarkan pendapat di atas, ada tiga aspek yang harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking skills. Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial, kemampuan berpikir, kemampuan prosesual dalam mencari informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan. Pengembangan intelektual ini akan selalu berhubungan dengan aspek pengembangan individual.
Menurut Kenworthy dalam Depdiknas (2007: 14) terdapat tiga karakteristik tujuan IPS, yaitu :
a)         Pendidikan manusia memiliki arti bahwa IPS harus membantu anak memahami pengalamannya dan menemukan arti atau makna dalam kehidupannya.
b)        Pendidikan kewarganegaraan mengandung arti bahwa siswa harus dipersiapkan untuk berpartisipasi secara efektif dalam dinamika kehidupan masyarakat.
c)         Pendidikan intelektual mengandung arti bahwa anak membutuhkan bimbingan dan arahan untuk memperoleh ide-ide yang analitis dan alat-alat untuk memecahkan masalah yang dikembangkan dari konsep-konsep ilmu sosial.
Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS, yaitu :
a)         Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan
b)        Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry, pemecahan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c)         Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d)        Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.
Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa IPS adalah penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial, mengakaji tentang fakta dan isu-isu sosial yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Melalui mata pelajaran IPS siswa diarahkan menjadi warga Negara Indonesia yang baik dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


2)        Penelitian Terdahulu
a.       Berdasarkan hasil penelitian Sutimin (2014) dari Universitas Tanjung Pura  dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Mengggunakan Media Gambar Kelas IV SDN 18 Mempawah Timur”. Dijelaskan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara umum dapat disimpulkan bahwa media gambar terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 18 Mempawah Timur. Selanjutnya dapat disimpulkan secara khusus bahwa(1)Kemampuan guru merencanakan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan media gambar meningkat. Pada siklus I mendapatkan rata-rata 3,22 dan meningkat pada siklus II menjadi 3,77. Terjadi peningkatan sebesar 0,55. (2)Kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan media gambar meningkat. Pada siklus I nilai rata-rata nya yaitu 3,07 dan meningkat pada siklus II menjadi 3,42. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 0,35 (3)Penggunaan media gambar meningkatan hasil belajar pesert didik kelas IV Sekolah Dasar Negeri 18 Mempawah Timur pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada siklus I mendapatkan rata-rata nilai 70,00 dan pada siklus II meningkat menjadi 72,50.
b.      Penelitian yang telah dilakukan oleh Mijil Widianingtias dari Universitas Negri Yogyakarta (2013)  dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Menggunakan Media Gambar Bagi Siswa Kelas IV MI AL-FATAH Kemutug Wadaslintang  Wonosobo Jawa Tengah Tahun Ajaran 2012/2013”. Dapat di simpulkan dengan Media gambar yang digunakan dalam penelitian ini berupa gambar teknologi komunikasi dan teknologi transportasi. Dalam proses pembelajaran media gambar digunakan pada kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir Pada siklus I, penggunaan media gambar dalam pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata kelas 65,76 menjadi 71,92 dan jika dilihat dari pencapaiaan KKM nilai ini sudah mencapai KKM. Kemudian pada siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat lagi menjadi 76,90. Nilai tersebut sudah mencapai KKM dan telah mencapai target dimana lebih dari 75% siswa memperoleh nilai lebih dari 70,00. Hasil pengamatan sikap siswa, dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Ini dibuktikan dengan keaktifan siswa yang meningkat. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dan keaktifan siswa kelas IV MI Al-Fatah Kemutug meningkat dengan menggunaan media gambar pada mata pelajaran IPS.
c.       Beda hal lagi penelitian yang di lakukan Yuli Permata Sari dari Universitas Bandar Lampung (2016) dengan judul “ Hubungan Pemanfaatan Media Gambar Dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 3 Raja Basa Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran  2015/2016”. Dijelaskan Masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya prestasi belajar IPS siswa dan
pemanfaatan media gambar pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Rajabasa Kota Bandar lampung Tahun Ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan media gambar dengan prestasi belajar IPS siswa. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Variabel bebas adalah penggunaan media gambar (X) sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar IPS (Y). Metode penelitian adalah penelitian kuantitatif. Alat pengumpul data penelitian menggunakan lembar observasi dan angket. Teknik
analisis data menggunakan rumus korelasi product moment Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif pada pemanfaatan media gambar dengan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut. Terdapat  hubungan  yang positif antara  pemanfaatan media  gambar  dengan prestasi  belajar  IPS  siswa  kelas IV SD  Negeri 3  Rajabasa,  Kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016. Berdasarkan  kajian  statistik menggunakan korelasi sederhana dengan koefisien korelasi r sebesar 0,367.
3)        Kerangka Pemikiran
Menurut Sugiyono, (2012: 91). Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.Sedangkan menurut Arikunto (2001:44) kerangka pikir adalah bagian dari teori yang menjelaskan tentang alasan atau argumen bagi rumusan hipotesis, akan menggambarkan alur pemikiran peneliti dan memberikan penjelasan kepada orang lain, tentang hipotesis yang diajukan. Pada bagian ini akan dijelaskan hubungan antara pemanfaatan media gamba rdengan prestasi belajar siswa.
Penggunaan  media  visual gambar  merupakan  salah  satu  media yang  digunakan  dalam proses  pembelajaran,  yang  diteliti  dari  proses  cara  belajar  ini  adalah  efek  yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut cara belajar ini merupakan salah satu  faktor  yang  berpengaruh  terhadap  hasil  belajar.  Dengan  menggunakan media visual gambar,  dapat  menimbulkan  pemikiran  siswa  untuk  melakukan  kegiatan mempelajari  materi-materi  pelajaran.  Sehingga  hal  ini  memungkinkan  hasil belajar meningkat.
Berdasarkan rumusan masalah  diatas maka diduga ada hubungan positif antara penggunaan media gambar dengan hasil belajar. artinya semakin efektif penggunaan media gambar yang digunakan maka semakin baik pula hasil belajar siswa di sekolah, begitu pula sebaliknya, semakin kurang efektif penggunaan media gambar, maka kurang baik pula hasil belajar siswa di sekolah.






Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Raw Imput
Output
Pembelajaran IPS  menggunakan media visual (Gambar) pengaruhnya
terhadap hasil belajar siswa.
Hasil dan Kesimpulan
Terdapat perbedaan peningkatan (gain) hasil belajar siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan media pembelajaran  visual (gambar)dengansiswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran (visual ) pada mata pelajaran IPS.
Pelaksanaan pembelajaran dikelas didominasi tanpa menggunakan media visual pembelajaran.
Process
 

A.     
B.      
C.      

                                                                                                                        
D.   
Permasalahan : “Apakah terdapat perbedaan peningkatan (gain) terhadap  hasil belajar siswa dikelas 4A yang diterapkan media pembelajaran dengan siswa dikelas 4B yang tidak  diterapkan  media pembelajaran visual (gambar) pada matapelajaran IPS ?
Treatment
Pembelajaran IPS tanpa menggunakan media pembelajaran visual (gambar) 
terhadap hasil belajar siswa.

 
E.      
F.       
G.     
H.     
I.        
J.        
K.     

Saran (




Gambar 1

4)        Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a.       Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan media pembelajaran visual (gambar) denagan hasil belajar siswa pada kelas yang tidak menggunakan media pembelajaran visual (gambar).
b.      Terdapat perbedaan  hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan media pembelajaran visual (gambar)  dengan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas yang tidak menggunakan menggunakan media pembelajaran visual (gambar).
c.       Adanya peningkatan (Gain) mengunakan menggunakan media pembelajaran visual (gambar). cendrung lebih tinggi dibanding peningkatan hasil belajar siswa yang tidak menggunakan media pembelajaran visual (gambar).
a.      Metodologi Penelitian
1)      Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Desain Eksperimen Semu (Quasi-Experimental Design) dengan Desain (The Nonequivalent Control Group Design) Sebagaimana dikutip oleh Emzir (2014:102-103) menjelaskan dengan desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol di bandingkan, kendati  kelompok tersebut dipiih dan ditempatkan secara randomisasi. Desain ini mirip desain kelompok kontrol prates-postes hanya tidak melibatkan penempatan subjek kedalam kelompok secara random. Dua kelompok yang ada di beri prates, kemudian berikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes. Kekurangan penempatan secara random menambah sumber ketidakvalidan yang tidak dapat di asosiasikan dengan desain kelompok  kontrol prates-pos-tes mungkin regresi dan interaksi antara pemilihan dan variabel seperti maturasi, historis, dan testing. Kelompok yang lebih sama,  yang lebih baik, peneliti melakukan segala usaha  untuk menggunakan kelompok yang sedapat mungkin sama.
Perbandingan elas aljabar tingkat lanjut dengan suatu kelas aljabar remedial, sebagai contoh, tidak akan dilakukan. Jika perbedaan kepada kedua kelompok pada variabel extraneous utama telah teridentifikasi, analisis konvarian dapat digunakan untuk menyamakan secara statistik kelompok tersebut. Keuntungan desain ini adalah bahwa kelas-kelas yang digunakan sebagai mana adanya, pengaruh yang mungkin dati penyelenggaraan reaktif dapat di kurangi. Subjek penelitian mungkin sama sekali tidak menyadari bahwa mereka dilibatkan dalam studi. Sebagaimana dalam desain kelompok prates-protes. Desain kelompok nonekuivalen dapat mempersentasikan dan dari pada X lawan tanpa X dan juga dapat diperluas dengan melibatkan lebih dari dua kelompok.
Sedangkan menurut Sugiyono (2017:79) menjelaskan mengenai Nonequivalent Control Group Design , menurutnya desain ini hampir  sama dengan pretest-posttest control group design , hanya pada desain ini kelompok eksperimen  maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Contoh :
Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap derajad kesehatan karyawan. Desain penelitian dipilih satu kelompok karyawan. Selanjutnya  dari satu kelompok yang setengah di beri perlakuan senam pagi  setiap hari  dan yang setengah lagi tidak. dan  merupakan derajad kesehatan karyawan sebelum ada perlakuan senam pagi.  adalah derajad kesehatan  karyawan setelah senam pagi selama 1 tahun.  adalah derajad kesehatan  karyawan  yang tidak diberi perlakuan senam pagi. Pengaruh senam pagi terhadap derajad kesehatan karyawan adalah .
Dari penjelasan mengenai desain jenis penelitian diatas dapat di simpulkan bahwa peneliti memilih jenis eksperimen dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design  (Quasi Experimen Design). Di karenkan desain penelitian ini ternyata cocok diterapkan dengan mata pelajaran IPS kelas IV dengan Media Visual (gambar).
Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Laelatul badriah (2012: 53) mengemukakan bahwa rancangan penelitian adalah reka bangun yang digunakan dalam melakukan langkah-langkah operasional penelitian yang dilaksanakan.Adapun desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group (Comparison group / Pretest-Posttest Design). Dalam desain ini memiliki dua kelompok yang dipilih yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelompok yang diberi perlakuan (treatment) pembelajaran menggunakan media film dan kelompok kontrol yaitu kelompok yang mendapat perlakuan pembelajaran tanpa menggunakan media film. Pada desain ini, baik kelas eksperimen maupun kelas control diberikan test awal (pretest) untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya dilakukan dan diadakan test akhir (postest). Menurut Sugiyono (2017:116) desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Kelas
Pretest

Perlakuan

Posttest
A
O1
      X1

    O2
B
O1
      X2

    O2
Gambar 2
Desain Penelitian
Nonequivalent Control Groups Design
Keterangan:
A : Kelompok kontrol yang mendapat perlakuan pembelajarantanpa menggunakan media .
B :Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan pembelajaran menggunakanmedia
O1:Tes awal sebelum perlakuan diberikan (pre-test)
O2:Tes akhir setelah perlakuan diberikan (post-test)
X1:Perlakuan yang diberikan kepada kelompok Kontrol tanpa menggnakan  media  gambar
X2:Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen menggunakan media gambar.
Pretes sebelum melakukan perlakuan baik untuk kelompok eksperimen maupunkelompok kontrol (O1, O2) dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukanperubahan. Pemberian posttes pada akhir perlakuan akan menunjukan seberapajauh hasil dari perlakuan. Hal ini dilakukan dengan cara mencari perbedaan nilai O2-O1 sedangkan pada kelompok kontrol perbedaan itu bukan karena perlakuan.Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki ada tidaknya pengaruh tersebutdengan cara memberikan perlakuan tertentu pada kelas eksperimen dan menyediakan kelas kontrol.
Pembelajaran pada kelas eksperimen memperolehperlakuan dengan menggunakan model kooperatif tipe make a match berbantuan media kartu gambar sedangkanpembelajaran pada kelas kontrol tidak memperoleh perlakuan menggunakanmodel kooperatif tipe make a match melainkan pembelajaran dilakukan denganmetode ceramah. Pada akhir pertemuan siswa diberi posttest, yaitu denganmemberikan tes kemampuan penyelesaian soal yangdilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes yang sama untuk mengetahuihasil belajar siswa.
2)      Variabel dan Pengkurannya
Hal yang diteliti dalam penelitian berkenaan dengan variabel penelitian.Variabel penelitian merupakan hal yang akan diteliti dalam sebuahpenelitian. (Sugiyono,  2012: 38).  Variabel    penelitian  menurut  adalah segala  sesuatu suatu  atribut  atau  sifat  atau  nilai  dari  orang,  obyek  atau  kegiatan  yang mempunyai  variasi  tertentu  yang  ditetapkan  oleh  peneliti  untuk  dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Ada dua variabel dalam penelitian ini, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Kedua variabel tersebut diidentifikasikan kedalam penelitian ini sebagai berikut:
a.       Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel  bebas  (X)  yang  memengaruhi  variabel  terikat.  Variabel  bebas dalam penelitian ini adalah “media gambar”.
b.      Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel  terikat  (Y)  yang  menjadi  akibat  atau  yang  dipengaruhi  oleh variabel  bebas.  Variabel  terikat  dalam  penelitian  ini  adalah  “Hasil Belajar IPS siswa”.
Pengukuran ini merupakan masalah yang kompleks, karena berkaitan dengan masalah fungsi variable untuk memberi gambaran mengenai abstraksi construct yang diwakilinya. Dalam penelitian ini hanya kemampuan kognitif yang akan peneliti ukur. Adapun pengukuran yang digunakan adalah tes tertulis. Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran menggunakan media film berhasil atau tidaknya
3)      Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Purwasari Kecamatan Garawangi tahun 2017/2018, yang berjumlah 56  dengan banyaknya 2 kelas  siswa dengan rincian tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1
Jumlah siswa
Laki-laki
Perempuan
Kelas  A (27)
(Experimen)
10
17
Kelas B (29)
(Control)
13
16
(Sumber : Hasil Penelitian di SDN 2 Purwasari)
Berdasarkan observasi di kelas IV, terlihat bahwa sebagian siswa terutama siswa laki-laki sering ramai membuat kegaduhan dan tidak fokus pada proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan jumlah siswa laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan. Menurut peneliti siswa kelas IV memilki kemampuan akademik yang beragam. Ada yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Sebagian besar siswa kelas IV memiliki kemampuan akademik sedang. Berdasarkan hal tersebut, siswa kelas IV dipilih sebagai subyek penelitian karena sesuai dengan pembelajaran menggunakan media gambar.
4)      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara untuk memperoleh data yang digunakan, mengingat data yang diperlukan cukup banyak, maka untuk pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan prates-protes, yang akan disebarkan kepada responden atau konsumen.
Dalam penelitian ini digunakan teknik dalam pengumpulan data, yaitu
1.      Tes.
Menurut Arikunto, (2006 : 150)“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”,
Metode ini digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi, terlebih dahulu tes diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas dari tiap-tiap butir tes dengan jumlah soal sebanyak 30 soal.
Tes pada penelitian ini dilakukan dua kali yaitu :



a.    Pretest
Pretest  merupakan uji awal sebelum dilakukan eksperimen pada sampel penelitian dan menjadi langkah awal dalam penyamaan kondisi antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen.
b.    Post test
Post test merupakan uji akhir eksperimen, yaitu setelah dilaksanakannya eksperimen. Pos ttest dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai sampel kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan berupa tidak digunakannya metode model pembelajaran eksperimen atau pembelajaran ceramah untuk kelompok kontrol dan penggunaan model pembelajaran eksperimen untuk kelompok eksperimen.
2.      Dokumentasi
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah siswa kelas IV SDN 2 Purwasari, foto-foto, video dan nama-nama populasi penelitian kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

5)      Teknik Analisis Data
1.      Pengujian Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dari penelitian yang dilakukan.Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah butir soal.Uji instrumen ini dilakukan bertujuan untuk mengukur tingkat kesukaran serta daya pembeda dari tiap item soal yang diujikan.
a)      Tingkat Kesukaran
Menurut Arifin (2012:266) bahwa “Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proposional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik.Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar tidak pula terlalu mudah”.Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut :
(Arifin, 2012:266)
Keterangan :
TK
=
Tingkat Kesukaran
WL
=
jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah
WH
=
jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas
Nl
=
jumlah kelompok bawah
Nh
=
jumlah kelompok atas






Tabel 4
Kriteria Penafsiran Tingkat Kesukaran Soal

p (Tingkat kesukaran)
Kriteria

p < 27 %
Mudah

28 % < p ≤ 72 %
Sedang

p > 73 %
Sukar
(Arifin, 2012:270)






a.       Daya  Pembeda Tes
Arifin (2012:273) menyatakan bahwa “Daya pembeda adalah pemgukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu”. Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal menggunakan rumus sebagai berikut :

(Arifin, 2012:273)
Keterangan :
DP          = daya pembeda
WL         = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah
WH        = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas
n             = 27 % x N (jumlah peserta)
Kriteria untuk daya pembeda tiap butir soal yang dikembangkan Ebel dalam Arifin (2012:274) dinyatakan sebagai berikut :
Tabel 5
Kriteria Daya Pembeda


Daya Pembeda
Kriteria
>  0,40
Sangat baik
0,30 ─ 0,39
Baik
0,20 ─ 0,29
Cukup, soal perlu diperbaiki
< 0,19
Buruk,soal harus dibuang
a.       Uji Validitas
Dalam pengujian validitas suatu item dinyatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, atau terdapat kesejajaran antara skor item dengan skor total (Sugiyono, 2013:134). Hal ini dapat diartikan bahwa item yang punya korelasi positif yang tinggi dengan skor total menunjukkan item tersebut mempunyai validitas yang tinggi demikian juga sebaliknya.
Adapun formula untuk menghitung korelasinya adalahmenggunakan korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson yaitu:    
(Sugiyono, 2013:134)   

Keterangan :
Vi
=
Validitas soal tes
U(upper)
=
Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar   (kelompok atas 25% dari seluruh peserta tes)
L(lower)
=
Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar  (kelompok bawah = 25% dari seluruh peserta tes)
T
=
Jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah
N
=
25% jumlah seluruh peserta test

Kemudian validitas itu ditafsirkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 6
Kriteria Validitas
Kriteria
Keterangan
0,00 – 0,20
Buruk/ Jelek
0,21 – 0,29
Cukup
0,30 – 0,39
Baik
0,40 ke atas
Baik Sekali
(Sugiyono, 2013:134)
b.      Uji Reliabilitas Instrumen
Arifin (2009:258) menyatakan “realibilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu intrumen. Realibilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan”. Instrumen penelitian yang baik, disamping harus valid juga harus reliabel (dapat dipercaya) artinya suatu tes dikatakan realibel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.
Pengujian realibilitas pada tes ini menggunakan rumus sebagai berikut:
(Arifin, 2009:260)
Keterangan :
KR20         = Reliabilitas secara keseluruhan
K                        = Jumlah item
WL         = Jumlah peserta tes kelompok tinggi (kelompok atas)
WH         = Jumlah peserta tes kelompok rendah (kelompok bawah)
N                        = 27 % dari seluruh peserta tes
Tolak ukur harga koefisien reliabilitas menggunakan indeks korelasi seperti kriteria di bawah ini :

Tabel 7
Kriteria Reliabilitas

Kriteria
Keterangan
0,80 – 1,00
Sangat tinggi
0,60 – 0,79
Tinggi
0,40 – 0,59
Cukup
0,20 – 0,39
Rendah
0,00 – 0,19
Sangat rendah
((Arifin, 2009:261)

1.      Uji Persyaratan Statistik
Data dalam penelitian ini berupa skor-skor yang diperoleh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pretes dan postes. Jumlah siswa pada penelitian ini berjumlah 27 untuk kelas eksperimen dan 29 untuk kelas kontrol.
Untuk mengolah dan meganalisis data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Uji Normalitas
Dalam penelitian ini uji normalitas yang dilakukan menggunakan uji normalitas Chi Kuadrat yaitu dengan langkah langkah sebagai berikut: (Sugiyono, 2009:86)Membuat daftar distribusi frekuensi kedua kelompok.
1)   Menentukan rentang (r)
r = Data terbesar – Data terkecil
2)   Menentukan banyak kelas interval (k)
k = 1 + 3,3 log n
3)   Menentukan panjang kelas interval (p)
p =
Keterangan :
p = Panjang kelas
r =  Rentang kelas
k = Banyak kelas
4)   Menentukan ujung bawah kelas interval pertama, ujung bawah kelas interval pertama yang diambil yaitu data terkecil.
Menentukan rata-rata dan varians dari dua kelompok
1)   Menentukan nilai rata-rata
 =
2)   Menghitung standar deviasi
Sd
(Sugiyono, 2009: 87)
Keterangan:
Sd = Deviasi Standar
n= Banyaknya data
fi= Frekuensi kelas
xi = Titik tengah dari sampel
Menguji normalitas data
1)   Menetukan batas kelas interval (bk)
2)   Mentransformasikan batas kelas interval ke dalam bentuk normal standar (Z) dengan rumus :
Z =
3)   Menghitung luas kelas interval (i)
Dihitung dengan menggunakan daftar Z dengan cara Z1 – Z2
4)   Menghitung frekuensi yang diharapkan (Ei)
5)   Menghitung nialai X2(Chi Kuadrrat)
X2 =
Keterangan :
X2 = Nilai Chi Kuadrat
O1 = Frekuensi observasi
E1 = Frekuensi ekspektasi
Mengatur derajat kebebasan (db)
db = k – 3
Keterangan:
db = Derajat kebebasan
k   = Banyak kelas distribusi frekuensi
Menentukan Chi-Kuadrat dari daftar tabel
Menentukan normalitas
1)   Jika X2hitung  lebih kecil dari X2 tabel 0,95 (db), maka dinyatakan normal. Untuk perhitungan selanjutnya menggunakan uji kesamaan rata-rata (uji t)
2)   Jika X2hitung  lebih besar dari X2 tabel 0,95 (db), maka dinyatakan tidak normal. Untuk perhitungan selanjutnya menggunakan statistik dan non parametrik yaitu uji Wilcoxon.
b.      Uji Homogenitas
Besarnya yang diperlukan
v Untuk kelompok eksperimen (S1), maka variansnya S12
v Untuk kelompok kontrol (S2), maka variansnya S22
1)   Menentukan jumlah F hitung
F =
Keterangan :
Vb = Varians Terbesar
Vk = Varians Kecil
2)   Menentukan derajat kebebasan
db1 = n1 – 1
db2 = n2 – 1
Keterangan :
db1 = Derajat kebebasan pembilang
db2 = Derajat kebebasan penyebut
n1 = Ukuran sampel yang variansnya besar
n2 = Ukuran sampel yang variansnya kecil
3)   Menentukan nilai F dari daftar tabel
4)   Menentukan homogenitas
Ø  Jika Fhitung <Ftabel 0,95 (db), maka kedua varians tersebut dinyatakan homogen untuk perhitungan selanjutnya menggunakan uji t.
Ø  Jika Fhitung >Ftabel 0,95 (db), maka kedua varians tersebut dinyatakan tidak homogen untuk perhitungan selanjutnya menggunakan uji t.
2.      Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan uji kesamaan dua rerata untuk menguji kesamaan antara dua rerata data, dalam hal ini antara data kelompok eksperimen dengan data kelompok kontrol, dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:
  Ho     :
H1      :
      = rerata skor kelompok eksperimen
      = rerata skor kelompok control
Jika kedua kelompok beridstribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji – t dengan rumus:
(Arifin, 2009:269)
Dimana 

Keterangan:
: Rerata kelompok eksperimen
: Rerata kelompok control
: Banyaknya subjek kelompok eksperimen
: Banyaknya subjek kelompok control
S    : Standar deviasi gabungan
: Variansi kelompok eksperimen
: Variansi kelompok control
Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji - , dan dirumuskan sebagai berikut:
(Arifin, 2009: 271)
Jika data yang diperoleh tidak didistribusikan normal, maka pengujiannya menggunakan uji nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney.Uji Mann-Whitney digunakan karena variabel dalam penelitian saling bebas.
3.      Uji N-Gain
Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus g factor (gain score ternormalisasi) dengan rumus:
(Hake, RR. dalam Arikunto, 2006:126)
Keterangan:
Tinggi        : 0,7  1
Sedang      : 0,3 < 0,7
Rendah      : < 0,3.



Daftar  Pustaka
A.M., Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.
Arief S. Sadiman, dkk .2010. Media Pendidikan . Jakarta: Rajawali Press.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Putra.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Cetakan ke-15. Jakarta: Rajawali Perss.
Arsyad. Azhar . 2013. Media Pembelajaran . Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Asep Jihad dan Abdul Haris. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran . Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
Daryanto. 2016. Media Pembelajaran (Revisi Ke-2). Yogyakarta : Gava Media.
Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo.
Kasful anwar dan hendra harmi. 2011. Perencanaan Sistem pembelajaran (KTSP). Bandung : Alfabeta
Kurniawan.2011.Pembelajaran Terpadu. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama
Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Mutakin, Awan. 2003. Konsep Dasar Pengorganisasian Program Pengajaran IPS di SD. Bandung: Bina Siswa.
Supriyatna, Nana. 2007. Bahan Belajar Mandiri Pendidikan IPS di SD. Bandung :Historia Utama Press.
Sanjaya.2008. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung.
Sapriya, A. 2008. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Lap-PKn UPI Bandung.
Susilana, Rudi. 2009. Media Pembelajaan. Bandung:  Wacana Prima.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian (Cetakan Ke-25).  Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.(2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.