“PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VISUAL (GAMBAR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA”
(Studi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD
Negri 2 Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan)”
Proposal Skripsi
ICEU TRISNAWATI
2014151114
PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
KUNINGAN
2018
LEMBAR
PERSETUJUAN
PENGARUH PENGGUNAAN
MEDIA VISUAL (GAMBAR) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA”(Studi
Eksperimen Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negri 2 Purwasari Kecamatan
Garawangi Kabupaten Kuningan )”
Iceu Trisnawati
2014151114
PROPOSAL PENELITIAN
Untuk
Memenuhi Persyaratan Mengikuti Seminar Proposal Penelitian Pada Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas
Kuningan
Proposal
ini disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing
II
Agus
Gunawan, M.Pd Arrofa Acesta M.Pd
NIP.
196708251993031003 NIK.
410101690137
Mengetahui
:
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Arrofa
Acesta M.Pd
NIK. 410101690137
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan
pemerintah. Pendidikan dapat berlangsung di dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat. Pendidikan adalah usaha yang dianggap penting guna menjaga
keselamatan bangsa dan negara. Maka dari itu, untuk melaksanakan pendidikan
diperlukan adanya kerjasama yang baik antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan
pemerintah. Karena sangat pentingnya dalam hal masalah pendidikan, pemerintah
sangat mengapresiasi sehingga lahirlah.
Undang Undang No
14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membina, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dengan begitu, terlihat
sangat jelas bahwa guru merupakan komponen yang sangat penting dalam suksesnya
pendidikan Indonesia.
Kurikulum dalam
pendidikan di indonesia saat ini masih dalam tahap proses perkembangan
kurikulum. Pada saat ini kurikulum yang di pakai sudah mengikuti alur
modernisasi sehingga kurikulum juga
banyak terjadinya pengembangan dengan mengupgrade hal-hal yang baru untuk di
terapkan dalam pembelajaran di sekolah. pentingnya kurikulum merupakan komponen
sistem pendidikan yang paling rentan terhadap perubahan. Menurut dewi
kusumawati ( 2015:1:3) perubahan dan
pengembangan kurikulum bermaksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pendidikan yang ada. Oleh karena itu seorang pendidik perlu mengikuti
perkembangan kurikulum dan mengambil peran yang sesuai dalam pendidikan.
Guru memiliki
tanggung jawab langsung dalam proses pengajaran di kelas, beinteraksi dengan
siswa-siswi dengan berbagai karakter dan level kemampuan, sehingga sangat
penting memiliki kompetensi dan keterampilan mengajar yang bervariasi dalam
teknik, metode dan pendekatan pengajaran di kelas. Guru hendaknya menciptakan
suasana pembelajaran yang efektif, nyaman dan menyenangkan. Karena keberhasilan
pendidikan tidak terlepas dari peran guru yang merupakan komponen pendidikan
yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Kurikulum tiga belas (KURTILAS) di
lapangan. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses
pembelajaran dikelas maupun efeknya diluar kelas. Guru harus pandai membawa
siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai.
Di SDN 2
Purwasari Kabupaten Kuningan Kecamatan Garawangi.. Melalui hasil Obervasi siswa
kelas 4. Seringkali peneliti menemukan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
terlalu monoton dan tidak menarik minat siswa untuk belajar. Hal tersebut
mungkin karena guru tidak adanya upaya meningkatkan minat belajar siswa, sering
terjadi di kelas banyak guru dalam menyampaikan pembelajarannya hanya
menggunakan metode ceramah dan diskusi. Sehingga berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Setelah melakukan observasi terhadap siswa kelas 4, peneliti
melakukan wawancara mengenai pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Dalam
hasil wawancara peneliti mengumpulkan beberapa jawaban hasil dari wawancara
tersebut, mengenai pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Sebagian siswa
kelas 4 yang menjawab dengan jawaban yang
hampir sama yaitu
pelajaran IPS terlalu banyak hapalan dan bacaan, sehingga membuat siswa menjadi
kurang tertarik yang mengakibatkan siswa menjadi pasif dan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Berikut di
bawah ini tabel
data perolehan hasil nilai rata-rata semester I di bawah ini.
Tabel 1.
Nilai Rata-Rata Ujian Akhir
Semester (UAS) Mata Pelajaran IPS Kelas IV Tahun Ajaran
2017/2018
|
Kelas
|
Hasil nilai (rata-rata) IPS
Semester 1
|
|
UAS
|
|
|
4 A
(27 siswa)
(Experimen)
|
67
|
|
4 B
(29 siswa)
(Kontrol)
|
68
|
Sumber: Dokumentasi guru kelas IV
Hasil
belajar siswa di SDN 2 Purwasari Kelas IV masih dalam kriteria 44% atau
50%. Dari jumlah siswa sebanyak 56 dengan jumlah 2 kelas. Kelas A sebanyak 27 dan kelas B 29
Tahun ajaran 2017/2018. Hasil belajar ini di teliti sebelum menggunakan media
pembelajaran visual diambil sample data dari nilai hasil UAS. Media juga
berpengaruh dalam hasil belajar. Hal itu dikarenakan hasil belajar menggunakan
media dapat membantu siswa agar
termotivasi dalam pembelajarannya. Oleh karena itu penggunaan media sangat
penting untuk meningkatkan hasi belajar siswa. Kaitannya dengan tuntutan atau
pencapaian target kompetensi dasar untuk pemmbelajaran penggunaan media visual
gambar terhadap pembelajaran IPS siswa kelas IV, ketuntasan minimal setara dengan 70% jauh di atas dari
nilai KKM.
Hasil
belajar merupakan perubahan pada diri seseorang setelah melalui proses belajar. Dengan
belajar seseorang dapat meningkatkan kemampuannya baik dalam bidang pengetahuan keterampilan
nilai dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya. Menurut
Bloom et, al
(dalam Kurniawan, 2011:13)
menggolongkan hasil belajar menjadi tiga bagian yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang ada
kaitannya dengan ingatan,
kemampuan berfikir atau
intelektual. hasil belajar
afektif yaitu merujuk pada
hasil belajar yang
berupa kepekaan rasa
atau emosi. Selanjutnya
hasil belajar psikomotor yaitu
berupa kemampuan gerak tertentu.
Maka dari itu dalam pembelajaran perlu adanya pengunaan media yang
mendukung pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan baik
agar berdampak pada hasil belajar yang meningkat. Dalam pembelajaran IPS
terhadap siswa kelas 4 dengan menggunakan media di harapkan dapat membantu
hasil belajar siswa. Media sangat penting dalam kegiatan pembelajaran hal itu
diperlukan karena media membantu proses kegiatan pembelajaran hingga sukses.
Fungsi media juga sangat bermanfaat bagi pembelajaran. Menurut Yusuf Hadi, M
(2007:160) mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya
proses belajar dalam diri siswa-siswi. Dalam hal ini media dapat menarik minat
anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan lebih memotivasi dalam
pembelajaran dengan adanya bantuan
media.
Penggunaan jenis media yang akan di terapkan pada mata pelajaran IPS kelas 4 yaitu Media Berbasis Visual
(gambar). Dikutif kasful dan hendra (
2011 :170) Media berbasis visualisasi adalah
media yang dapat menyajikan pesan, informasi, atau konsep pembelajaran kepada siswa. Berbeda hal lagi menurut pendapat Sanjaya
menyebutkan (2008:211) Media visual
adalah media yang
hanya dapat dilihat
saja, tidak mengandung unsur
suara. Yang termasuk
ke dalam media
visual adalah film, slide,
foto,transparasi, lukisan, gambar dan berbentuk bahan yang dicetak
seperti media grafis. Dari pendapat para
ahli di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran media sangat penting untuk
meningkatkan dan memotivasi hasil
belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian studi eksperimen dengan judul ““Pengaruh penggunaan media visual (gambar
dan diagram) terhadap hasil belajar siswa (Studi Eksperimen Pada Pembelajaran
IPS Siswa Kelas 4 SD Negri 2 Purwasari
Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan )”
B. Pembatasan Masalah
Masalah yang dibatasi dalam proposal ini adalah :
1.
Peneliti
terbatas pada Media belajar dan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan media visual (gambar)
2.
Sasaran
peneliti terbatas pada kreatifitas siswa dan keaktifan siswa dalam
pembelajaran.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut, maka permasalahan yang diajukan
dalam proposal ini yaitu
1. Apakah
terdapat perbedaan kemampuan awal siswa dikelas 4 sebelum diterapkan media visual (gambar) terhadap
hasil belajar siswa ?
2. Apakah
terdapat perbedaan hasil belajar siswa di kelas 4A sesudah diterapkan media
visual (gambar) dengan siswa di kelas 4B yang diterapkan media gambar sesudah
perlakuan ?
3. Apakah
terdapat peningkatan (Gain) hasil belajar siswa dikelas 4A yang diterapkan media
pembelajaran dengan siswa dikelas 4B yang tidak
diterapkan media pembelajaran
visual (gambar) ?
D.
Tujuan
Berdasarkan dengan uraian latar belakang dan rumusan masalah
di atas, maka peneliti dapat merumuskan tujuan penelitian pembelajaran sebagai
berikut :
1.
Untuk membedakan
kemampuan awal siswa kelas 4 sebelum diterapkan media visual
(gambar) terhadap hasil
belajar siswa sebelum perlakuan di SDN 2 Purwasari Kecamatan
Garawangi Kabupaten Kuningan.
2.
Untuk
membedakan hasil belajar siswa kelas 4A sesudah
diterapkan media visual
(gambar) dengan siswa di kelas 4B yang
mendapatkan media gambar perlakuan di
SDN 2 Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan.
3.
Untuk
meningkatkan (Gain) hasil belajar siswa dikelas 4A
yang diterapkan
media pembelajaran dengan siswa dikelas 4B yang tidak diterapkan media
pembelajaran visual (gambar)
di SDN 2 Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten
Kuningan.
E. Manfaaat
Penelitian
Adapun
manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu :
1.
Manfaat
teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengetahuan
tentang penggunaan media visual
dalam pembelajaran IPS pada siswa Kelas 4 SDN 2 Purwasari Kecamatan
Garawangi Kabupaten Kuningan.
2.
Manfaat
praktis
a)
Bagi
siswa
Memotivasi
siswa dalam pembelajaran untuk
menghadapi pelajaran yang dihadapi setelah guru melakukan kegiatan belajar
mengajar di kelas IV SDN 2 Purwasari Kabupaten Kuningan. Siswa menjadi lebih
aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran agar memudahkan siswa dalam memahami mata pelajaran IPS dengan
bantuan media tersebut.
b) Bagi peneliti
Sebagai acuan untu peneliti agar menggunakan media pembelajaran media Visual (gambar) dengan
pengembangan media terhadap hasil belajar siswa (studi eksperimen pada
pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2
Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan.
c) Bagi sekolah
Agar bermanfaat dari hasil penelitian ini bisa digunakan
untuk acuan mengenai media pembelajaran
guru menggunakan media pembelajaran Visual (gambar)
terhadap hasil belajar siswa (studi eksperimen pada pembelajaran IPS siswa
kelas 4 SDN 2 Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan serta dapat
meningkatkan mutu sekolah.
d) Bagi
guru
Sebagai acuan pengetahuan tambahan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang terjadi di sekolah dan bahan evaluasi, untuk menambah wawasan dan
pengetahuan dalam menerapkan media
visual (gambar) yang menarik minat anak untuk belajar dengan tepat agar memotivasi
siswa dengan prestasi hasil belajar siswa
di kelas IV SDN 2 Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten kuningan.
F.
Kajian Pustaka
1.
Hasil
belajar
Hasil belajar
merupakan perubahan pada diri seseorang setelah melalui proses belajar. Dengan
belajar seseorang dapat meningkatkan kemampuannya baik dalam bidang pengetahuan
keterampilan nilai dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya. Menurut Bloom
et, al (dalam
Kurniawan, 2011:13) menggolongkan
hasil belajar menjadi tiga bagian
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar kognitif yaitu hasil
belajar yang ada kaitannya
dengan ingatan, kemampuan
berfikir atau intelektual.
hasil belajar afektif yaitu
merujuk pada hasil
belajar yang berupa
kepekaan rasa atau
emosi. Selanjutnya hasil
belajar psikomotor yaitu berupa kemampuan gerak tertentu.
Secara umum
belajar merupakan suatu Aktivitas fisik maupun mental /psikis, yang berlangsung
melalui pengalaman interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
sejumlah perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
nilai sikap yang terjadi di dalam diri siswa Tureni (2007:1). Sedangkan Morgan
dalam Maxinus Jaeng (2007:3) menyatakan bahwa belajar dapat didefinisikan
sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai
hasil latihan atau pengalaman. Pemahaman lain tentang hasil belajar dikemukakan
oleh Nana Sudjana (2009: 111) yang menyatakan bahwa “hasil yang diperoleh dari
penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar.
Berdasarkan
teori atau definisi yang telah dikemukakan di atas, maka secara keseluruhan
penulis dapat menarik suatu kesimpulan adanya beberapa unsur sekaligus yang
menjadi hakikat dari pada hasil belajar, (1) hasil belajar diperoleh melalui
suatu proses yang disebut proses pembelajaran; (2) hasil belajar mencerminkan
adanya kompetensi atau kemampuan yang telah dimiliki siswa sehingga perilaku
siswa berubah; dan (3) hasil belajar mencakup beberapa aspek (pengetahuan,
sikap, dan keterampilan). Jadi dapat ditegaskan bahwa yang menjadi esensi atau
hakikat hasil belajar tidak lain adalah perubahan perilaku siswa yang diperoleh
melalui pengalaman belajar.
(Menurut
Sardiman, 2008 : 108 ) faktor yang mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar dibedakan menjadi dua katogeri yaitu:
1) Faktor
internal
Faktor internal
adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini
meliputi faktor fisikologis dan psikologis.
a) Faktor
fisikologis
Faktor-faktor
fisikologis ini mencangkup faktor matrial pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi
indifidual subjek didik.
b) Faktor
psikologis
Faktor-faktor
psikologis adalah kegiatan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama proses belajar adalah kecerdasan
siswa, motifasi, minat,
sikap dan bakat.
2) Faktor
eksternal
Selain karakteristik
siswa atau faktor-faktor endogen,
faktor-faktor eksentral juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa.
Faktor-faktor eksentral yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor lingkunga sosial
dan faktor lingkungan non sosial.
a. Lingkungan
sosial
Lingkungan
sosial sekolah, seperti guru, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
proses belajar seorang siswa( Sardiman, 2008 : 108 ).
b. Lingkungan
sosial masyarakat
Kondisi
lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar
siswa.
c. Lingkungan
sosial keluarga
Lingkungan
ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar, ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap
aktivitas belajar siswa.
d. Lingkungan
alamiah
Lingkungan
alamiah meliputi kondisi udara segar,
tidak panas dan tidak dingin, sinar mata yang tidak selalu silau/kuat
atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana
yang sejuk dan tenang.
e. Lingkungan
non sosial
Menurut Sardiman (2008:108) Faktor-faktor yang
termasuk lingkungan non sosial yaitu:
1) Faktor
Instrumental
Perangkat instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama hardware,
seperti : gedung sekolah,
alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olah raga dan lain
sebagainya. Kedua software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus dan lain sebagainya.
2) Faktor
materi pelajaran
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan
siswa. Karena itu , agar guru dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran
dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
2.
Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah suatu alat yang berpengaruh dalam
proses pembelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk lebih memahami dari
proses pembelajaran. anak didik. Media
pembelajaran dapat dipahami sebagai sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan
belajar yang kondusif di mana penerimaannya dapat melakukan proses belajar
secara efisien dan efektif (Munadi, 2010: 7). Sehingga pembelajaran akan lebih
efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi
bahan pembelajaran dapat divisualisasikan secara realistik menyerupai
keadaan yang sebenarnya, meskipun tidak berarti bahwa media tersebut harus
selalu menyerupai keadaan yang sebenarnya. Hal ini dimaksudkan bahwa media
dapat diberikan secara nyata seperti berupa gambar benda mirip aslinya ataupun
miniatur.
Beda hal lain Menurut Rossi dan
Breidle (dalam Sanjaya, 2008:204) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah
Seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti
radio, televisi, buku koran, majalah dan sebagainya. Menurut Rossi alat atau
media tersebut digunakan dan diprogram untuk pendidikan, maka merupakan media
pembelajaranMenurut yusuf hadi miarso (kasful dan hendra,
2011:160) mendefinisikann media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang
terjadinya proses belajar dalam diri
siswa-siswi.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah sarana atau alat yang digunakan dalam pendidikan yaitu untuk tujuan
informasi yang dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan
sekelompok siswa yang dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan
data dengan menarik dan terpercaya dan memudahkan penafsiran data.
3.
Media Visual
1)
Pengertian
Media Visual
Sesuai dengan namanya, media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Jenis media
yang sering digunakan oleh guru-guru
sekolah dasar untuk membantu
menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Menurut Sanjaya (2008:211) Media
visual adalah media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur
suara. Yang termasuk ke dalam media visual adalah film slide, foto, transparasi,
lukisan, gambar dan berbentuk bahan yang dicetak seperti media grafis. yusuf hadi miarso (kasful dan
hendra, 2011:160) menyebutkan Media berbasis visualisasi adalah
media yang dapat menyajikan pesan, informasi, atau konsep pembelajaran kepada siswa
seperti media:
a. Sketsa
adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian
pokoknya tanpa detail. Selain dapat menarik perhatian siswa, sketsa dapat
menghindarkan verbalisme dan memperjelas pesan. Sketsa dapat di buat langsung oleh
guru, karena itu harganya pasti murah (bahkan bisa tanpa biaya). Satu-satunya
hambatan yang sering dikemukakan adalah: guru tidak bisa menggambar. Padahal
setiap orang pasti memiliki kemampuan dasar menggambar, dan itu sudah cukup
sebagai modal membuat sketsa untuk memperjelas sajian kita.
b. Grafik
merupakan gambar sederhana yang menggunakan garis titik, simbol verbal atau
bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Grafik digunakan untuk
menjelaskan perkembangan atau perbandingan suatu obyek yang saling berhubungan.
Grafik biasanya disusun bedasarkan prinsip matematika dan menggunakan data
komparatif. Ada beberapa bentuk grafik, antara lain: grafik garis, grafik
batang, grafik lingkaran dan grafik gambar.
c. Bagan
adalah yang menyajikan ide-ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah
dicerna siswa. Bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu
penyajian. Dalm bagan sering dijumpai bentuk grafis yang lain seperti gambar,
diagram, kartun, dan lambang verbal. Agar menjadi media yang baik, bagan
hendaknya dibuat secara sederhana, lugas, tidak terbelit-belit dan up to date. Ada beberapa macam bentuk
bagan, yaitu: bagan pohon, bagan arus dan bagan garis waktu. Bahan pohon
biasanya digunakan untuk menunjukan sifat, komposisi atau hubungan antar kelas
(strata). Contoh bagan pohon yang paling mudah ditemukan di sekolah adalah
bagan tentang struktur organisasi OSIS. Bagan arus untuk menggambarkan hubungan
atau langkah-langkah suatu kegiatan. Sedangkan bagan garis waktu untuk
menggambarkan hubungan antara peristiwa dengan waktu secara kronologis.
d. Diagram/
skema merupakan suatu gambar yang sederhana yang mengunakan garis-garis dan
simbol-simbol. Diagram menggambarkan struktur dari objek tertentu secara garis
besar. Diagram menunjukan hubungan yang ada antara komponennya atau sifat-sifat
proses yang ada di situ. Isi diagram pada umumnya berupa petunjuk untuk
memahami komponen dan mekanisme kerja suatu peralatan tertentu. Misalnya kalau
kita membeli peralatan elektronik, biasanya disertai sebuah diagram mengenai
komponen alat tersebut, fungsi dan cara pengoperasiannya. Jika digunakan dalam
pembelajaran, diagram bisa menyederhanakan sesuatu yang kompleks sehingga dapat
membantu memperjelas penyajian guru. Kelebihannya, diagram dapat menyajikan materi
yang luas dan kompleks menjadi lebih padat dan sederhana. Namun untuk bisa
memahami diagram, siswa harus memiliki latar belakang tentang materi yang
didiagramkan.
e.
Poster dapat didefinisikan sebagai
kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan
maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama.
Dapat di
simpulkan dalam menklasifikasikan media visual harus sesuai dengan materi
pembelajaran yang akan di sampaikan. Dari berbagai jenis yang di sampaikan di
atas penulis hanya akan meneliti satu jenis media visual yang akan di terapkan
di kelas 4 SDN 2 PURWASARI . Jenis media visual yang akan di bahas dalam
penelitian ini mengenai media visual gambar 2 dimensi. Atau bisa menggunakan
media gambar sketsa.
Penggunaan media
yang tepat akan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang bersangkutan. Dalam
hal ini, media yang dianggap paling mampu meningkatkan hasil belajar yang
sering digunakan adalah media visual.Penggunaan media pembelajaran khususnya
media visual bukanlah sekedar upaya untuk membantu pengajar, namun juga
membantu siswa dalam belajar karena dengan menggunakan media pikiran siswa akan
lebih terfokus pada upaya yang disampaikan oleh pendidik dan dapat meningkatkan
pemahaman siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan media visual ini harus
sesuai dengan tujuan pengajaran. Kesesuaian media visual yang digunakan guru
dengan situasi saat jam pelajaran berlangsung, dalam penelitian ini diukur
dari:
a)
Media visual digunakan jika pada saat
jam pelajaran berlangsung terdapat siswa yang mengantuk, bosan dan malas.
b) Media
visual digunakan pada saat materi yang dijelaskan oleh guru kurang bisa
dipahami siswa.
c)
Media visual digunakan untuk mengatasi
terbatasnya sumber belajar.
Keberhasilan
penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas bahan-bahan visual
itu sendiri. Hal ini dapat dicapai dengan mengatur dan mengorganisasikan
gagasan-gagasan yang timbul, merencanakannya dengan seksama, dan menggunakan
teknik-teknik dasar visualisasi objek, konsep, informasi, atau situasi.
Meskipun perancang media pembelajaran bukan seorang pelukis dengan latar
belakang profesional, ia sebaliknya mengetahui beberapa prinsip dasar dan
penuntun dalam rangka memenuhi kebutuhan penggunaan media berbasis visual
(Azhar Arsyad, 2011 : 35).
Dapat di
simpulkan bahawa dari pendapat di atas tentang media visual mnjelaskan tentang
bagaimana pentingnya media visual dan jenis-jenis media visual yang akan
menunjang keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan media visual dengan
media visual pembelajaran termudahkan dan dapat diapahami .
2)
Fungsi
Media Visual
Media visual
sangat berfungsi untuk media pembelajaran. Menurut Levie & Lents (dalam
Arsyad, 2013:20) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media
visual, yaitu:
a. Fungsi
Atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu
menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai
teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik
dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran
yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.
Media gambar khususnya gambar yang diproyeksikan
melalui overhead projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka
kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk
memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.
b. Fungsi
Afektif
Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang
menyangkut masalah sosial atau ras.
c. Fungsi
Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari
temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaiaan tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau
pesan yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi
Kompensatoris
Fungsi
kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan
siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks atau disajikan secara verbal.
Dari pengertian
fungsi-fungsi diatas, dapat di simpulkan media visual memiliki multi fungsi
dalam media pembelajaran. Hanya saja penggunaan media visual harus relevan agar
fungsi media sesuai dengan pembelajaran serta , media pembelajaran akan
berfungsi jika media dengan materi sesuai dan berfungsi dengan baik pada saat
pembelajaran berlangsung.
3)
Manfaat
Media Visual
Sudjana dan
Rivai (dalam Arsyad, 2013 : 28) mengemukakan manfaaat media pembelajaran dalam
proses belajar siswa, yaitu:
a. Pembelajaran
akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa
dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
c. Metode
mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
d.
Siswa dapat lebih banyak melakukan
kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan
lain-lain.
Berdasarkan pendapat
di atas penulis menyimpulkan bahwa media pembelajaran sangat diperlukan,
disamping untuk wahana penyampaian materi pembelajaran juga untuk meningkatkan
kejelasan pembahasan materi. Selain itu, juga untuk memotivasi belajar siswa.
Semakin abstrak materi pembelajaran maka semakin penting kehadiran media
pembelajaran. Sehingga kualitas belajar siswa akan semakin berkualitas.
4)
Kelebihan
dan Kekurangan Media Visual (Gambar)
Menurut
Daryanto (2011: 100) kelebihan media gambar sebagai berikut:
a) Mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan
belajar mengajar karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa.
b) Harganya relatif murah dari pada
jenis-jenis media pengajaran lainnya.
c) Gambar dapat dipergunakan dalam
banyak hal, untuk berbagai jenjang pengajaran dan berbagai disiplin ilmu.
d) Gambar dapat menerjemahkan konsep
atau gagasan yang abstrak menjadi lebih realistik.
Menurut Daryanto (2011: 101)
kekurangan media gambar antara lain:
a) Beberapa gambarnya sudah cukup
memadai, tetapi tidak cukup besar ukurannya jika digunakan untuk tujuan
pengajaran kelompok besar, kecuali jika diproyeksikan melalui proyektor.
b) Gambar adalah berdimensi dua
sehingga sukar untuk melukiskan bentuk sebenarnya yang berdimensi tiga.
c) Gambar tetap tidak memperlihatkan
gerak seperti halnya gambar hidup.
Menurut
Arief S. Sadiman, dkk, (2010 :17-18) kelebihan dan kelemahan penggunaan media
gambar yaitu :
Kelebihan
media gambar
a.
Sifatnya konkrit, gambar lebih realitis
menunjukkan masalah dibandingkan dengan verbal semata.
b. Gambar
dapat menngatasi batasan ruang dan waktu. Peristiwaperistiwa yang terjadi
dimasa lampau bisa kita lihat seperti apa adanya.
c. Media
gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
d. Gambar
dapat memperjelas suatu masalah. Siswa mudah memahaminya.
e. Bisa
menampilkan gambar, grafik atau diagram.
f. Bisa
dipergunakan di dalam kelas, dirumah maupun dalam perjalanan dalam kendaraan.
g. Dapat
dipergunakan tidak hanya untuk satu orang.
h.
Dapat dipergunakan untuk memberikan umpan
balik.
Kelemahan media gambar
a.
Gambar hanya menekankan persepsi indera
mata.
b. Gambar
benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
c. Ukurannya
sangat terbatas untuk kelompok besar.
d. Gambar
sulit dicari karena sejarah mempelajari masa lalu, dan kejadian masa lalu sulit
untuk diabadikan.
e.
Tidak semua kejadian masa lalu dapat dibuat
gambarnya.
Dapat di
simpulkan dalam penjelasan media gambar diatas tentang kelemahan dan kelebihan
di atas. Media pasti memiliki kelebihan dan kekurangan hanya saja bagaimana
seorang guru memanfaat kan media dengan memodifikasi media agar kekurangan
dalam media tersebut teratasi. Sehingga media dapat di gunakan semaksimal
mungkin dalam proses pembelajaran.
5)
Langkah-Langkah
Penggunaan Media Visual (Gambar)
Menurut
Arif S. Sadiman, dkk, (2010:29:30)
menyebutkan langkah-langkah penggunaan media gambar yaitu Langkah langkah
Penggunaan Media Gambar antara lain :
a. Guru
menggunakan gambar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa.
b. Guru
memperlihatkan gambar kepada siswa di depan kelas.
c. Guru
menerangkan pelajaran dengan menggunakan gambar.
d. Guru
mengarahkan perhatian siswa pada sebuah gambar sambil mengajukan pertanyaan
kepada siswa secara satu persatu.
e.
Guru memberikan tugas kepada siswa.
Sebelum
menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran, seorang guru harus memperhatikan
langkah-langkah menggunakannya, agar pembelajaran dengan menggunakan media
dapat berjalan dengan baik. Adapun yang harus di perhatikan oleh seorang guru
dalam menggunakan media gambar diantaranya adalah :
a. Objektifitas
Unsur objektifitas dalam memilih media pengajaran
harus dihindarkan. Artinya guru tidak boleh memilih media atas dasar kesenangan
pribadi, media pengajaran menunjukkan keaktifan dan efesiensi yang tinggi maka
guru jangan merasa bosan menggunakannya.
b. Program
pengajaran
Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak
didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku baik isinya atau strukturnya,
kualitas teknis, Situasi dan kondisi
c. Keaktifan
dan efesiensi penggunana media.
Keefektifan
berkenaan dengan hasil belajar yang dicapai, sedangkan efesiensi berkenaan
dengan proses pencapaian hasil belajar
Dalam proses
belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena
dalam kegitan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu
dengan menghadirkan media sebagai perantara.Media merupakan alat saluran
komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan
dengan penerima pesan.
Gambar merupakan alat visual yang efektif karena
dapat divisualisasikan sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan
realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan mudah karena
hasil yang diragakan lebih mendekati kenyataan melalui foto yang diperlihatkan
kepada anak-anak, dan hasil yang diterima oleh anak-anak akan sama.
Diantara media
pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini
dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar
dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, sudah tentu akan
menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dalam
menggunakan media hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar
penggunaan media tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Adapun
prinsip-prinsipnya antara lain adalah:
a.
Menentukan jenis media dengan tepat
b. Menetapkan
atau memperhitungkan subjek dengan tepat
c. Menyajikan
media dengan tepat
d.
Menempatkan atau memperlihatkan media
pada waktu, empat dan situasi yang tepat.
Penggunaan media
gambar sebaiknya harus disesuaikan dengan kematangan siswa. Gambar yang
dijadikan media hendaknya dalam hala-hal sebagai berikut:
a.
Warna harus menarik minat siswa, karena
pada umumnya siswa petama kali melihat warna, kemudian ditafsirkannya
b. Ukuran
nya harus seimbang
c. Jarak
suatu objek lainnya harus jelas
d. Suatu
gambar hendaknya harus menunjukan gerakan gambar hendaknya disesuaikan dengan
urutan tertentu dan dihubungkan dengan masalah yang luas.
Didalam proses
pembelajaran, ada enam hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam menggunakan
media gambar, yaitu:
1. Seorang
guru harus memperhatikan kejelasan materi yang digambarkan / dituliskan
2. Seorang
guru harus yakin bahwa semua murid dapat melihat sketsa itu dan menghilangkan
segala yang merintangi pandangan mereka
3. Menggunakan
beraneka raga warna supaya lebih menarik
4. Keaslian
gambar, sumber yang digunakan hendaklah menunjukkan keaslian atas situasi yang
sederhana
5. Gambar
harus membawa pesan yang cocok untuk tujuan pengajaran yang sedang dibahas,
bukan dari segala bagusnya saja tetapi yang enting gambar tersebut membawa
pesan tertentu.
6.
Gambar harus dinamis sesuai dengan
aktifitas tertentu.
Dapat di
simpulkan dari langkah-langkah penggunaan media di atas penggunaan media harus
sesuai aturan dan prosedur nya. Dengan di terapkan langkah-langkah pengunaan
media maka dari itu pengunaan media akan lebih efektif dan dapat membantu
mempermudah proses pembelajaran dengan baik. Sehingga media dapat terus
digunakan dengan baik dan media menjadi
motivasi dalam proses pembelajaran.
4. Pengertian
Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia
dengan sosial, dari ekonomi mengenai bisnis, sejarah terbentuknya masyarakat,
kewilayahan dan lainnya. Setiap ahli memiliki pengertian yang berbeda-beda dari
ilmu pengetahuan sosial itu sendiri. Menurut Somantri Sapriya (2008:9)
menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora
serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Menurut Mulyono (1980:8)
berpendapat bahwa IPS adalah suatu pendekatan interdisipliner
(inter-disciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu soial, seperti sosiologi
antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan
sebagainya. Menurut Saidiharjo (1996: 4) menyatakan bahwa IPS merupakan
kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
seperti:geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, politik. Menurut Kosasih (1979:
2) bahwa IPS adalah ilmu yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari
cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip
pendidikan dan didaktik untuk di jadikan program pengajaran pada tingkat
persekolahan. Menurut Sumaatmadja (2002: 123) bahwa IPS adalah suatu program
pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan
manusia dan lingkungan sosialnya yang bahannya diambil dari berbagai ilmu
sosial seperti, geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu
politik dan psikologi.
1)
Karakteristik
dilihat dari Aspek Tujuan
Menurut Chapin dan Messick (1992: 5) bahwa tujuan
pembelajaran IPS dapat dikelompokkan ke dalam enam komponen, yaitu :
a)
Memberi
pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam bermasyarakat pada masa lalu,
sekarang dan yang akan datang.
b)
Mengembangkan
keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi.
c)
Mengembangkan
nilai sikap demokrasi dalam bermasyarakat.
d) Menyediakan kesempatan siswa untuk
berperan serta dalam kehidupan sosial.
e)
Ditujukan
pada pembekalan pengetahuan, pengembangan berfikir dan kemampuan befikir
kritis, melatih kebebasan keterampilan dan kebiasaan.
f)
Ditujukan
kepada siswa untuk mampu memahami hal yang bersifat konkret, realistis dalam
kehidupan sosial.
Sementara Mutakin (2003: 12-13)
mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran IPS secara keseluruhan membantu setiap
individu untuk meningkatkan aspek ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai keterampilan. Lebih lengkap menurut Hamid (1996: 107) menjelaskan
bahwa tujuan pembelajaran ilmu-ilmu sosial, terutama ilmu pengetahuan sosial dapat
dilihat dari tiga kategori yaitu memiliki karakteristik kategori pengembangan
kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab
sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan siswa sebagai pribadi.
Mengenai karakteristik pendidikan
IPS sebagai suatu synthetic disciplines dijelaskan oleh Somantri dalam (Nana
supriyatna 2007; 11) sebagai berikut :
Disebut synthetic disciplines karena
pendidikan IPS bukan hanya harus mampu mensintesiskan konsep-konsep yang
relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, melainkan juga tujuan
pendidikan dan pembangunan serta masalah-masalah sosial dalam hidup
bermasyarakatpun yang sering disebut dengan ipoleksosbudhankam akan menjadi
pertimbangan bahan pendidikan IPS.
Pendidikan IPS yang dikembangkan di
tingkat perguruan tinggi akan berbeda dengan pendidikan IPS yang dikembangkan
di tingkat persekolahan. Penyederhanaan pendidikan IPS harus diorganisir dan disiapkan sedemikian
rupa dan didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. Materi pendidikan IPS yang
akan dipelajari siswa harus didasrkan pada tujuan yang akan dicapai. Dalam hal
ini, Somantri (2001; 44) merumuskan batasan dan tujuan pendidikan IPS untuk
tingkat sekolah sebagai “suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi,
ideologi negara dan agama yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan pendidikan”.
2)
Tujuan
Pembelajaran IPS
Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran
bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu pendidikan
IPS harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian tujuan
pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai
disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Hasan dalam (Nana supriyatna 2007; 13 ), tujuan
pendidikan IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan
kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab
sebagai anggota masyarakat dan bangsa
serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi pada
pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan
kepentingan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial. Tujuan kedua
berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat. Sedangkan
tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk
kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu.
Berdasarkan pendapat di atas, ada tiga aspek yang harus
dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan
sosial, dan kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih
didasarkan pada pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan
akademik dan thinking skills. Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial, kemampuan berpikir,
kemampuan prosesual dalam mencari informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan.
Pengembangan intelektual ini akan selalu berhubungan dengan aspek pengembangan
individual.
Menurut Kenworthy dalam Depdiknas (2007: 14) terdapat tiga
karakteristik tujuan IPS, yaitu :
a)
Pendidikan
manusia memiliki arti bahwa IPS harus membantu anak memahami pengalamannya dan
menemukan arti atau makna dalam kehidupannya.
b)
Pendidikan
kewarganegaraan mengandung arti bahwa siswa harus dipersiapkan untuk
berpartisipasi secara efektif dalam dinamika kehidupan masyarakat.
c)
Pendidikan
intelektual mengandung arti bahwa anak membutuhkan bimbingan dan arahan untuk
memperoleh ide-ide yang analitis dan alat-alat untuk memecahkan masalah yang
dikembangkan dari konsep-konsep ilmu sosial.
Dalam
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa tujuan
pendidikan IPS, yaitu :
a)
Mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan
b)
Memiliki
kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry,
pemecahan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c)
Memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d)
Memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompetisi dalam masyarakat yang
majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.
Maka penulis dapat menyimpulkan bahwa IPS adalah penyederhanaan
dari disiplin ilmu-ilmu sosial, mengakaji tentang fakta dan isu-isu sosial yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar. Melalui mata pelajaran IPS siswa diarahkan
menjadi warga Negara Indonesia yang baik dan diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
2)
Penelitian Terdahulu
a. Berdasarkan hasil penelitian Sutimin
(2014) dari Universitas Tanjung Pura dengan
judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS
Dengan Mengggunakan Media Gambar Kelas IV SDN 18 Mempawah Timur”.
Dijelaskan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara umum dapat disimpulkan
bahwa media gambar terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 18
Mempawah Timur. Selanjutnya dapat disimpulkan secara khusus bahwa(1)Kemampuan
guru merencanakan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan
media gambar meningkat. Pada siklus I mendapatkan rata-rata 3,22 dan meningkat
pada siklus II menjadi 3,77. Terjadi peningkatan sebesar 0,55. (2)Kemampuan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan media
gambar meningkat. Pada siklus I nilai rata-rata nya yaitu 3,07 dan meningkat
pada siklus II menjadi 3,42. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II
sebesar 0,35 (3)Penggunaan media gambar meningkatan hasil belajar pesert didik
kelas IV Sekolah Dasar Negeri 18 Mempawah Timur pada Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. Pada siklus I mendapatkan rata-rata nilai 70,00 dan pada
siklus II meningkat menjadi 72,50.
b. Penelitian
yang telah dilakukan oleh Mijil Widianingtias dari Universitas Negri Yogyakarta
(2013) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Menggunakan Media Gambar Bagi Siswa
Kelas IV MI AL-FATAH Kemutug Wadaslintang
Wonosobo Jawa Tengah Tahun Ajaran 2012/2013”. Dapat di simpulkan
dengan Media gambar yang digunakan dalam penelitian ini berupa
gambar teknologi komunikasi dan teknologi transportasi. Dalam proses
pembelajaran media gambar digunakan pada kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir Pada siklus I, penggunaan media gambar dalam pelajaran IPS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata kelas 65,76 menjadi 71,92
dan jika dilihat dari pencapaiaan KKM nilai ini sudah mencapai KKM. Kemudian
pada siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat lagi menjadi 76,90. Nilai
tersebut sudah mencapai KKM dan telah mencapai target dimana lebih dari 75%
siswa memperoleh nilai lebih dari 70,00. Hasil pengamatan sikap siswa, dari
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Ini dibuktikan dengan keaktifan
siswa yang meningkat. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
dan keaktifan siswa kelas IV MI Al-Fatah Kemutug meningkat dengan menggunaan
media gambar pada mata pelajaran IPS.
c. Beda hal lagi penelitian yang di
lakukan Yuli
Permata Sari dari
Universitas Bandar Lampung (2016) dengan judul “ Hubungan Pemanfaatan Media Gambar Dengan Prestasi Belajar IPS Siswa
Kelas IV SDN 3 Raja Basa Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016”. Dijelaskan Masalah dalam
penelitian ini adalah masih rendahnya prestasi belajar IPS siswa dan
pemanfaatan media gambar pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Rajabasa Kota Bandar lampung Tahun Ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan media gambar dengan prestasi belajar IPS siswa. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Variabel bebas adalah penggunaan media gambar (X) sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar IPS (Y). Metode penelitian adalah penelitian kuantitatif. Alat pengumpul data penelitian menggunakan lembar observasi dan angket. Teknik
analisis data menggunakan rumus korelasi product moment Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif pada pemanfaatan media gambar dengan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut. Terdapat hubungan yang positif antara pemanfaatan media gambar dengan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 3 Rajabasa, Kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016. Berdasarkan kajian statistik menggunakan korelasi sederhana dengan koefisien korelasi r sebesar 0,367.
pemanfaatan media gambar pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Rajabasa Kota Bandar lampung Tahun Ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan media gambar dengan prestasi belajar IPS siswa. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Variabel bebas adalah penggunaan media gambar (X) sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar IPS (Y). Metode penelitian adalah penelitian kuantitatif. Alat pengumpul data penelitian menggunakan lembar observasi dan angket. Teknik
analisis data menggunakan rumus korelasi product moment Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif pada pemanfaatan media gambar dengan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut. Terdapat hubungan yang positif antara pemanfaatan media gambar dengan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 3 Rajabasa, Kota Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016. Berdasarkan kajian statistik menggunakan korelasi sederhana dengan koefisien korelasi r sebesar 0,367.
3)
Kerangka Pemikiran
Menurut Sugiyono, (2012: 91). Kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.Sedangkan menurut Arikunto
(2001:44) kerangka pikir adalah bagian dari teori yang menjelaskan tentang
alasan atau argumen bagi rumusan hipotesis, akan menggambarkan alur pemikiran
peneliti dan memberikan penjelasan kepada orang lain, tentang hipotesis yang
diajukan. Pada bagian ini akan dijelaskan hubungan antara pemanfaatan media
gamba rdengan prestasi belajar siswa.
Penggunaan media visual gambar
merupakan salah satu
media yang digunakan dalam proses
pembelajaran, yang diteliti
dari proses cara
belajar ini adalah
efek yang digunakan dalam proses
pembelajaran tersebut cara belajar ini merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap
hasil belajar. Dengan
menggunakan media visual gambar,
dapat menimbulkan pemikiran
siswa untuk melakukan
kegiatan mempelajari
materi-materi pelajaran. Sehingga
hal ini memungkinkan
hasil belajar meningkat.
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka diduga ada hubungan positif antara
penggunaan media gambar dengan hasil belajar. artinya semakin efektif
penggunaan media gambar yang digunakan maka semakin baik pula hasil belajar
siswa di sekolah, begitu pula sebaliknya, semakin kurang efektif penggunaan
media gambar, maka kurang baik pula hasil belajar siswa di sekolah.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
|
Raw Imput
|
|
Output
|
|
Pembelajaran
IPS menggunakan media visual
(Gambar) pengaruhnya
terhadap
hasil belajar siswa.
|
|
Hasil
dan Kesimpulan
Terdapat
perbedaan peningkatan (gain) hasil belajar siswa antara siswa yang
mendapatkan pembelajaran menggunakan media pembelajaran visual (gambar)dengansiswa yang
mendapatkan pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran (visual )
pada mata pelajaran IPS.
|
|
Pelaksanaan
pembelajaran dikelas didominasi tanpa menggunakan media visual
pembelajaran.
|
|
Process
|
A.
B.
C.
D.
|
Permasalahan
: “Apakah terdapat perbedaan peningkatan (gain) terhadap hasil belajar siswa dikelas 4A yang
diterapkan media pembelajaran dengan siswa dikelas 4B yang tidak diterapkan media pembelajaran visual (gambar) pada
matapelajaran IPS ?
|
|
Treatment
|
|
Pembelajaran
IPS tanpa menggunakan media pembelajaran visual (gambar)
terhadap
hasil belajar siswa.
|
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
Saran
(
Gambar 1
4)
Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pemikiran
di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Terdapat
perbedaan hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan media pembelajaran
visual (gambar) denagan hasil belajar siswa pada kelas yang tidak menggunakan media
pembelajaran visual (gambar).
b. Terdapat
perbedaan hasil belajar siswa pada kelas
yang menggunakan media pembelajaran visual (gambar) dengan peningkatan hasil belajar siswa pada
kelas yang tidak menggunakan menggunakan media pembelajaran visual (gambar).
c. Adanya
peningkatan (Gain) mengunakan menggunakan media pembelajaran visual (gambar). cendrung
lebih tinggi dibanding peningkatan hasil belajar siswa yang tidak menggunakan
media pembelajaran visual (gambar).
a.
Metodologi
Penelitian
1) Metodologi
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu Desain Eksperimen Semu (Quasi-Experimental Design) dengan Desain (The Nonequivalent Control Group Design)
Sebagaimana dikutip oleh Emzir (2014:102-103) menjelaskan dengan desain ini,
baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol di bandingkan, kendati kelompok tersebut dipiih dan ditempatkan
secara randomisasi. Desain ini mirip desain kelompok kontrol prates-postes
hanya tidak melibatkan penempatan subjek kedalam kelompok secara random. Dua
kelompok yang ada di beri prates, kemudian berikan perlakuan, dan terakhir
diberikan postes. Kekurangan penempatan secara random menambah sumber
ketidakvalidan yang tidak dapat di asosiasikan dengan desain kelompok kontrol prates-pos-tes mungkin regresi dan
interaksi antara pemilihan dan variabel seperti maturasi, historis, dan
testing. Kelompok yang lebih sama, yang
lebih baik, peneliti melakukan segala usaha
untuk menggunakan kelompok yang sedapat mungkin sama.
Perbandingan elas aljabar tingkat lanjut dengan
suatu kelas aljabar remedial, sebagai contoh, tidak akan dilakukan. Jika
perbedaan kepada kedua kelompok pada variabel extraneous utama telah
teridentifikasi, analisis konvarian dapat digunakan untuk menyamakan secara
statistik kelompok tersebut. Keuntungan desain ini adalah bahwa kelas-kelas
yang digunakan sebagai mana adanya, pengaruh yang mungkin dati penyelenggaraan
reaktif dapat di kurangi. Subjek penelitian mungkin sama sekali tidak menyadari
bahwa mereka dilibatkan dalam studi. Sebagaimana dalam desain kelompok
prates-protes. Desain kelompok nonekuivalen dapat mempersentasikan
dan
dari pada X lawan tanpa X dan juga dapat
diperluas dengan melibatkan lebih dari dua kelompok.
|
|
Contoh :
Dilakukan
penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap derajad
kesehatan karyawan. Desain penelitian dipilih satu kelompok karyawan.
Selanjutnya dari satu kelompok yang
setengah di beri perlakuan senam pagi
setiap hari dan yang setengah
lagi tidak.
dan
merupakan derajad kesehatan karyawan sebelum
ada perlakuan senam pagi.
adalah derajad kesehatan karyawan setelah senam pagi selama 1 tahun.
adalah derajad kesehatan karyawan
yang tidak diberi perlakuan senam pagi. Pengaruh senam pagi terhadap
derajad kesehatan karyawan adalah
.
Dari penjelasan
mengenai desain jenis penelitian diatas dapat di simpulkan bahwa peneliti
memilih jenis eksperimen dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group
Design (Quasi Experimen Design). Di karenkan
desain penelitian ini ternyata cocok diterapkan dengan mata pelajaran IPS kelas
IV dengan Media Visual (gambar).
Desain
penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian. Laelatul badriah (2012: 53) mengemukakan bahwa
rancangan penelitian adalah reka bangun yang digunakan dalam melakukan
langkah-langkah operasional penelitian yang dilaksanakan.Adapun desain
penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group (Comparison group
/ Pretest-Posttest Design). Dalam desain ini memiliki dua kelompok yang dipilih
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dalam
penelitian ini adalah kelompok yang diberi perlakuan (treatment) pembelajaran
menggunakan media film dan kelompok kontrol yaitu kelompok yang mendapat
perlakuan pembelajaran tanpa menggunakan media film. Pada desain ini, baik
kelas eksperimen maupun kelas control diberikan test awal (pretest) untuk
mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Selanjutnya dilakukan dan diadakan test akhir (postest).
Menurut Sugiyono (2017:116) desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
|
Kelas
|
Pretest
|
|
Perlakuan
|
|
Posttest
|
|
A
|
O1
|
|
|
|
O2
|
|
B
|
O1
|
|
|
|
O2
|
Gambar 2
Desain Penelitian
Nonequivalent
Control Groups Design
Keterangan:
A : Kelompok
kontrol yang mendapat perlakuan pembelajarantanpa menggunakan media .
B :Kelompok
eksperimen yang mendapat perlakuan pembelajaran menggunakanmedia
O1:Tes awal sebelum
perlakuan diberikan (pre-test)
O2:Tes akhir
setelah perlakuan diberikan (post-test)
X1:Perlakuan
yang diberikan kepada kelompok Kontrol tanpa menggnakan media
gambar
X2:Perlakuan
yang diberikan kepada kelompok eksperimen menggunakan media gambar.
Pretes sebelum
melakukan perlakuan baik untuk kelompok eksperimen maupunkelompok kontrol (O1,
O2) dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukanperubahan. Pemberian posttes
pada akhir perlakuan akan menunjukan seberapajauh hasil dari perlakuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mencari perbedaan nilai O2-O1 sedangkan pada kelompok
kontrol perbedaan itu bukan karena perlakuan.Tujuan penelitian ini adalah untuk
menyelidiki ada tidaknya pengaruh tersebutdengan cara memberikan perlakuan
tertentu pada kelas eksperimen dan menyediakan kelas kontrol.
Pembelajaran
pada kelas eksperimen memperolehperlakuan dengan menggunakan model kooperatif
tipe make a match berbantuan media kartu gambar sedangkanpembelajaran pada
kelas kontrol tidak memperoleh perlakuan menggunakanmodel kooperatif tipe make
a match melainkan pembelajaran dilakukan denganmetode ceramah. Pada akhir
pertemuan siswa diberi posttest, yaitu denganmemberikan tes kemampuan
penyelesaian soal yangdilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes yang
sama untuk mengetahuihasil belajar siswa.
2)
Variabel
dan Pengkurannya
Hal yang
diteliti dalam penelitian berkenaan dengan variabel penelitian.Variabel
penelitian merupakan hal yang akan diteliti dalam sebuahpenelitian. (Sugiyono, 2012: 38).
Variabel penelitian menurut
adalah segala sesuatu suatu atribut
atau sifat atau
nilai dari orang,
obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Ada dua variabel dalam penelitian ini, yakni variabel bebas dan variabel
terikat. Kedua variabel tersebut diidentifikasikan kedalam penelitian ini
sebagai berikut:
a. Variabel
Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas
(X) yang memengaruhi
variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah “media gambar”.
b. Variabel
Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat
(Y) yang menjadi
akibat atau yang
dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah
“Hasil Belajar IPS siswa”.
Pengukuran ini
merupakan masalah yang kompleks, karena berkaitan dengan masalah fungsi
variable untuk memberi gambaran mengenai abstraksi construct yang diwakilinya. Dalam penelitian ini hanya kemampuan
kognitif yang akan peneliti ukur. Adapun pengukuran yang digunakan
adalah tes tertulis. Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran menggunakan
media film berhasil atau tidaknya
3)
Subjek
Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas IV SDN 2 Purwasari Kecamatan Garawangi tahun 2017/2018, yang berjumlah 56 dengan banyaknya 2 kelas siswa dengan rincian tabel sebagai berikut :
Tabel
2.1
|
Jumlah siswa
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|
Kelas A
(27)
(Experimen)
|
10
|
17
|
|
Kelas B (29)
(Control)
|
13
|
16
|
(Sumber
: Hasil Penelitian di SDN 2 Purwasari)
Berdasarkan
observasi di kelas IV, terlihat bahwa sebagian siswa terutama siswa laki-laki
sering ramai membuat kegaduhan dan tidak fokus pada proses pembelajaran. Hal
ini dikarenakan jumlah siswa laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan.
Menurut peneliti siswa kelas IV memilki kemampuan akademik yang beragam. Ada
yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Sebagian besar
siswa kelas IV memiliki kemampuan akademik sedang. Berdasarkan hal tersebut,
siswa kelas IV dipilih sebagai subyek penelitian karena sesuai dengan
pembelajaran menggunakan media gambar.
4)
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data adalah cara untuk memperoleh data yang digunakan, mengingat
data yang diperlukan cukup banyak, maka untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini penulis menggunakan prates-protes, yang akan disebarkan kepada responden
atau konsumen.
Dalam penelitian
ini digunakan teknik dalam pengumpulan data, yaitu
1. Tes.
Menurut Arikunto, (2006 : 150)“Tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok”,
Metode ini digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa
setelah proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi, terlebih dahulu tes
diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas dari tiap-tiap butir tes
dengan jumlah soal sebanyak 30 soal.
Tes pada penelitian ini dilakukan dua kali yaitu :
a. Pretest
Pretest merupakan uji awal sebelum
dilakukan eksperimen pada sampel penelitian dan menjadi langkah awal dalam
penyamaan kondisi antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen.
b. Post test
Post test merupakan uji akhir eksperimen, yaitu setelah dilaksanakannya
eksperimen. Pos ttest dilaksanakan
dengan tujuan untuk mendapatkan nilai sampel kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen setelah diberi perlakuan berupa tidak digunakannya metode model
pembelajaran eksperimen atau pembelajaran ceramah untuk kelompok kontrol dan
penggunaan model pembelajaran eksperimen untuk kelompok eksperimen.
2.
Dokumentasi
Dalam penelitian ini metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah siswa kelas IV SDN 2 Purwasari,
foto-foto, video dan nama-nama populasi penelitian kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
5) Teknik Analisis Data
1.
Pengujian Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat
yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dari penelitian yang
dilakukan.Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah butir soal.Uji
instrumen ini dilakukan bertujuan untuk mengukur tingkat kesukaran serta daya
pembeda dari tiap item soal yang diujikan.
a) Tingkat Kesukaran
Menurut Arifin (2012:266) bahwa
“Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proposional),
maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik.Suatu soal tes hendaknya tidak
terlalu sukar tidak pula terlalu mudah”.Untuk menghitung tingkat kesukaran soal
bentuk objektif dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut :
(Arifin,
2012:266)
Keterangan
:
|
TK
|
=
|
Tingkat
Kesukaran
|
|
WL
|
=
|
jumlah
peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah
|
|
WH
|
=
|
jumlah peserta didik yang menjawab
salah dari kelompok atas
|
|
Nl
|
=
|
jumlah
kelompok bawah
|
|
Nh
|
=
|
jumlah kelompok atas
|
Tabel 4
Kriteria Penafsiran Tingkat Kesukaran Soal
|
p
(Tingkat kesukaran)
|
Kriteria
|
||
|
p < 27 %
|
Mudah
|
||
|
28 % < p ≤ 72 %
|
Sedang
|
||
|
p > 73 %
|
Sukar
|
||
|
(Arifin, 2012:270)
|
|||
a.
Daya Pembeda Tes
Arifin
(2012:273) menyatakan bahwa “Daya pembeda adalah pemgukuran sejauh mana suatu
butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi
dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan
kriteria tertentu”. Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal menggunakan
rumus sebagai berikut :
(Arifin,
2012:273)
Keterangan
:
DP =
daya pembeda
WL =
jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah
WH =
jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas
n =
27 % x N (jumlah peserta)
Kriteria untuk daya pembeda tiap
butir soal yang dikembangkan Ebel
dalam Arifin (2012:274) dinyatakan sebagai berikut :
Tabel
5
Kriteria
Daya Pembeda
|
Daya Pembeda
|
Kriteria
|
|
> 0,40
|
Sangat baik
|
|
0,30 ─ 0,39
|
Baik
|
|
0,20 ─ 0,29
|
Cukup, soal perlu
diperbaiki
|
|
< 0,19
|
Buruk,soal harus dibuang
|
a.
Uji Validitas
Dalam
pengujian validitas suatu item dinyatakan valid apabila mempunyai dukungan yang
besar terhadap skor total, atau terdapat kesejajaran antara skor item dengan
skor total (Sugiyono, 2013:134). Hal ini dapat diartikan bahwa item yang punya
korelasi positif yang tinggi dengan skor total menunjukkan item tersebut
mempunyai validitas yang tinggi demikian juga sebaliknya.
Adapun
formula untuk menghitung korelasinya adalahmenggunakan korelasi product moment
yang dikemukakan oleh Pearson yaitu:
(Sugiyono, 2013:134)
Keterangan :
|
Vi
|
=
|
Validitas
soal tes
|
|
U(upper)
|
=
|
Jumlah
siswa kelompok atas yang menjawab benar
(kelompok atas 25% dari seluruh peserta tes)
|
|
L(lower)
|
=
|
Jumlah
kelompok bawah yang menjawab benar
(kelompok bawah = 25% dari seluruh peserta tes)
|
|
T
|
=
|
Jumlah
siswa kelompok atas dan kelompok bawah
|
|
N
|
=
|
25%
jumlah seluruh peserta test
|
Kemudian validitas itu
ditafsirkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 6
Kriteria
Validitas
|
Kriteria
|
Keterangan
|
|
0,00 – 0,20
|
Buruk/ Jelek
|
|
0,21 – 0,29
|
Cukup
|
|
0,30 – 0,39
|
Baik
|
|
0,40 ke atas
|
Baik Sekali
|
(Sugiyono,
2013:134)
b.
Uji Reliabilitas
Instrumen
Arifin
(2009:258) menyatakan “realibilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi
dari suatu intrumen. Realibilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu
tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan”.
Instrumen penelitian yang baik, disamping harus valid juga harus reliabel
(dapat dipercaya) artinya suatu tes dikatakan realibel jika selalu memberikan
hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau
kesempatan yang berbeda.
Pengujian
realibilitas pada tes ini menggunakan rumus sebagai berikut:
(Arifin,
2009:260)
Keterangan :
KR20 =
Reliabilitas secara keseluruhan
K =
Jumlah item
WL = Jumlah peserta tes
kelompok tinggi (kelompok atas)
WH
= Jumlah peserta tes kelompok rendah (kelompok
bawah)
N = 27 % dari seluruh
peserta tes
Tolak ukur harga
koefisien reliabilitas menggunakan indeks korelasi seperti kriteria di bawah
ini :
Tabel 7
Kriteria Reliabilitas
|
Kriteria
|
Keterangan
|
|
0,80 – 1,00
|
Sangat tinggi
|
|
0,60 – 0,79
|
Tinggi
|
|
0,40 – 0,59
|
Cukup
|
|
0,20 – 0,39
|
Rendah
|
|
0,00 – 0,19
|
Sangat rendah
|
|
((Arifin, 2009:261)
|
|
1.
Uji Persyaratan
Statistik
Data
dalam penelitian ini berupa skor-skor yang diperoleh siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol pada pretes dan postes. Jumlah siswa pada penelitian ini
berjumlah 27 untuk kelas eksperimen dan 29 untuk kelas kontrol.
Untuk
mengolah dan meganalisis data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Uji Normalitas
Dalam
penelitian ini uji normalitas yang dilakukan menggunakan uji normalitas Chi Kuadrat
yaitu dengan langkah langkah sebagai berikut: (Sugiyono, 2009:86)Membuat daftar
distribusi frekuensi kedua kelompok.
1)
Menentukan rentang (r)
r =
Data terbesar – Data terkecil
2)
Menentukan banyak kelas interval (k)
k =
1 + 3,3 log n
3)
Menentukan panjang kelas interval (p)
p
=
Keterangan :
p = Panjang kelas
r =
Rentang kelas
k = Banyak kelas
4)
Menentukan
ujung bawah kelas interval pertama, ujung bawah kelas interval pertama yang
diambil yaitu data terkecil.
Menentukan rata-rata dan varians dari
dua kelompok
1)
Menentukan nilai rata-rata
2)
Menghitung
standar deviasi
Sd
(Sugiyono, 2009: 87)
Keterangan:
Sd
= Deviasi Standar
n=
Banyaknya data
fi=
Frekuensi kelas
xi
= Titik tengah dari sampel
Menguji
normalitas data
1)
Menetukan batas kelas interval (bk)
2)
Mentransformasikan batas kelas interval
ke dalam bentuk normal standar (Z) dengan rumus :
Z
=
3)
Menghitung luas kelas interval (i)
Dihitung
dengan menggunakan daftar Z dengan cara Z1 – Z2
4)
Menghitung frekuensi yang diharapkan (Ei)
5)
Menghitung nialai X2(Chi Kuadrrat)
X2
=
Keterangan
:
X2
= Nilai Chi Kuadrat
O1
= Frekuensi observasi
E1
= Frekuensi ekspektasi
Mengatur derajat kebebasan (db)
db
= k – 3
Keterangan:
db
= Derajat kebebasan
k = Banyak kelas distribusi frekuensi
Menentukan Chi-Kuadrat dari daftar tabel
Menentukan
normalitas
1)
Jika X2hitung
lebih kecil dari X2 tabel 0,95 (db), maka dinyatakan normal. Untuk
perhitungan selanjutnya menggunakan uji kesamaan rata-rata (uji t)
2) Jika
X2hitung lebih besar dari X2 tabel 0,95 (db), maka dinyatakan tidak normal. Untuk perhitungan selanjutnya
menggunakan statistik dan non parametrik yaitu uji Wilcoxon.
b.
Uji Homogenitas
Besarnya
yang diperlukan
v Untuk kelompok eksperimen (S1), maka variansnya S12
v Untuk kelompok kontrol (S2), maka variansnya S22
1)
Menentukan jumlah F hitung
F =
Keterangan
:
Vb
= Varians Terbesar
Vk
= Varians Kecil
2)
Menentukan derajat kebebasan
db1
= n1 – 1
db2
= n2 – 1
Keterangan
:
db1
= Derajat kebebasan pembilang
db2
= Derajat kebebasan penyebut
n1
= Ukuran sampel yang variansnya besar
n2
= Ukuran sampel yang variansnya kecil
3)
Menentukan nilai F dari daftar tabel
4)
Menentukan homogenitas
Ø Jika
Fhitung <Ftabel 0,95 (db), maka kedua varians tersebut
dinyatakan homogen untuk perhitungan selanjutnya menggunakan uji t.
Ø Jika
Fhitung >Ftabel 0,95 (db), maka kedua varians tersebut
dinyatakan tidak homogen untuk perhitungan selanjutnya menggunakan uji t’.
2.
Uji Hipotesis
Uji
hipotesis menggunakan uji kesamaan dua rerata untuk menguji kesamaan antara dua
rerata data, dalam hal ini antara data kelompok eksperimen dengan data kelompok
kontrol, dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:
Ho :
H1 :
Jika kedua kelompok beridstribusi normal
dan homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji – t dengan rumus:
|
(Arifin, 2009:269)
|
Keterangan:
S : Standar deviasi gabungan
Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal
tetapi tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji -
, dan dirumuskan sebagai berikut:
|
(Arifin, 2009: 271)
|
Jika data yang diperoleh tidak didistribusikan
normal, maka pengujiannya menggunakan uji nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney.Uji Mann-Whitney digunakan karena variabel dalam penelitian saling
bebas.
3. Uji
N-Gain
Untuk melihat
peningkatan hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran
dihitung dengan menggunakan rumus g
factor (gain score ternormalisasi)
dengan rumus:
(Hake,
RR. dalam
Arikunto, 2006:126)
Keterangan:
Tinggi :
0,7
1
Sedang :
0,3
< 0,7
Rendah :
< 0,3.
Daftar Pustaka
A.M., Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Raja Grafindo.
Arief
S. Sadiman, dkk .2010. Media Pendidikan
. Jakarta: Rajawali Press.
Arikunto,
Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka
Putra.
Arsyad,
Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Cetakan
ke-15. Jakarta: Rajawali Perss.
Arsyad. Azhar . 2013. Media
Pembelajaran . Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Asep Jihad dan Abdul Haris. (2008). Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran . Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
Daryanto. 2016. Media Pembelajaran
(Revisi Ke-2). Yogyakarta : Gava Media.
Emzir. 2014. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo.
Kasful anwar dan hendra harmi. 2011. Perencanaan Sistem pembelajaran (KTSP). Bandung
: Alfabeta
Kurniawan.2011.Pembelajaran Terpadu. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama
Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung
Persada (GP) Press.
Mutakin, Awan. 2003. Konsep
Dasar Pengorganisasian Program Pengajaran IPS di SD. Bandung: Bina Siswa.
Supriyatna, Nana. 2007. Bahan Belajar Mandiri Pendidikan IPS di SD. Bandung :Historia Utama Press.
Sanjaya.2008. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung.
Sapriya, A. 2008. Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Lap-PKn UPI Bandung.
Susilana,
Rudi. 2009. Media Pembelajaan.
Bandung: Wacana Prima.
Sugiyono.
2017. Metode Penelitian (Cetakan
Ke-25). Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.(2011).
Statistik Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono.(2013).
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R & D. Bandung : Alfabeta.